Papuanesia.id –
WAMENA -Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan OKP (Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda) Lapago mendatangi kantor DPRD Jayawijaya untuk menyuarakan protes terhadap kenaikan BBM secara nasional, dimana dampak dari kenaikan ini sangat menyengsarakan warga kecil dan yang menikmati BBM subsidi itu hanya kalangan atas.
12 kampus 21 organisasi Mahasiswa melihat kenaikan harga BBM ini berpengaruh kepada tarif angkutan umum yang ada di Jayawijaya maupun di wilayah Lapago, artinya mama -mama pedagang sayuran yang ada di kampung -kampung bila membawa hasil kebunnya ke Kota harus merengkuh kocek kantongnya dalam-dalam untuk membayar angkutan.
Mahasiswa juga melihat surat yang dikeluarkan pemerintah untuk menetapkan harga BBM Enceran dipinggiran jalan seharga Rp. 15.000/liter namun surat itu hanyalah surat belaka sebab tak ada fungsi kontrol dari pemerintah dan DPRD Jayawijaya hingga harga BBM enceran bisa diatur oleh pedagang itu sendiri dan tak pernah mengindahkan surat dari pemerintah.
“Harga BBM naik akan memengaruhi semua harga barang dan sebagainya di pasaran, oleh karena itu kalau rakyat tertindas seperti ini DPRD harus bicara namun nyatanya rakyat dikhianati oleh Pemerintah dan DPRD,”Ungkap perwakilan mahasiswa dalam orasinya, Kamis (8/9) di kantor DPRD Jayawijaya.
Mahasiswa juga meminta kepada keamanan untuk menindak lanjuti gejolak harga BBM yang terjadi di Wamena, yang hingga saat ini mencapai Rp. 20.000 sampai Rp.25000/liter, khusus untuk BBM yang di jual di pinggiran jalan atau pengecer karena pemerintah sudah menetapkan harga agar para pedagang ini tidak menjual BBM seperti mencekik warga kecil yang lebih sering mengisi BBM di pinggiran jalan.
“Masalah BBM ini sebenarnya masalah semua warga se Lapago jadi sebagai mahasiswa harus bersuara dan DPRD harus menyampaikan ini kepada pemerintah pusat dampak dari kenaikan BBM di Wilayah Lapago semua harga naik lebih mahal dari sebelumnya,”Tutupnya (jo)
Continue Reading
Sumber: [1]