Papuanesia.id –
MERAUKE- Merayakan Hari Ulang Tahunnya ke-57, Ketua DPRD Merauke Ir. Drs. Benjamin Izack Rudolf Latumahina meluncurkan buku berjudul Benny Latumahina Dari Ruang Rakyat, di rumah jabatan Ketua DPR Kabupaten Merauke, Minggu (26/2). Buku setebal 243 halaman itu ditulis Marthen Luther Djari, seorang pensiunan TNI, pendeta sekaligus penulis.
Ketua DPR Kabupaten Merauke Benjamin Latumahina mengungkapkan, bahwa ketika dirinya mengikuti pemantapan pemimpin daerah (P3D) di Lemhanas tahun 2020, bertemu dengan Marthen Luther, kemudian sejumlah materi yang disampaikan dalam Lemhas tersebut dikumpulkan menjadi sebuah buku. Saat itu bertepatan dengan pandemi Covid, sehingga beberapa materi yang ada di dalam buku ini terkait bagaimana menyelesaikan masalah Covid.
‘’Pada dasarnya, dengan kehadiran buku ini dapat menjadi catatan bagi pembaca atau generasi kita mendatang. Ini menjadi salah satu pembelajaran tapi juga sebuah pengalaman yang kita rasakanyang dapat dibagikan, sekaligus juga menjadi sejarah atas apa yang saya rasakan dan alami. Dan menurut Barbara W. Djuasman dari Amerika bahwa buku menjadi pembawa peradaban. Tanpa buku sejarah itu sunyi dan sastra itu bodoh, sains lumpuh. Pemikiran dan spekulasi terhenti. Jadi buku merupakan mesih perubahan jendela di dunia. Mercesuar yang didirikan di lautan waktu. Tapi satui susu Joseph Edison yang merupakan, pengarang dan penyair juga mengatakan buku merupakan warisan yang ditinggalkan jenius besar bagi umat manusia yang diturunkan dari ke generasi, anak cucu yang belum lahir,’’ katanya.
Dikatakan, ada beberapa catatan dalam buku yang ia tulis tersebut. Pertama menyangkut apa yang dirasakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, misalnya tentang pariwisata. Ternyata untuk memajukan pariwisata tersebut, pemerintah tidak bisa jalan sendiri. ‘’Dalam buku ini saya beri judul tentang pentahelix. Sehingga bukan hanya pemerintah, tapi juga akademis, warga, media, investor harus bekerja sama sehingga menumbuhkan pariwisata,’’ jelasnya.
Selain itu, saat di Lemhanas juga didiskusikan bagaimana menyelesaikan konflik. ‘’Apa yang menjadi pemikiran kita untuk menyelesaikan konflik? Saya kasih judul untuk menyelesaikan konflik adalah smart power. Smarth power didalamnya ada Soft power dan hard power. ‘’Kalau hard power, apa-apa yang melanggar hukum harus dihukum. Tapi untuk soft power untuk menyelesaikan konflik, berbagai elemen harus kita undang. Baik tokoh warga, tokoh agama, budaya dan lain-lain dapat diselesaikan secara dialog. Mekanismesnya bisa diatur,’’ jelasnya. Kemudian bagaimana menyelesaikan pendidikan di Papua, mungkin dengan sistem gotong royong.
‘’Disini memang kita minta narasumbernnya seorang tokoh pendidikan, Paskalis Tethool,’’ jelasnya.
Dalam buku itu juga, lanjut Benjamikn Latumahina, berisi bagaimana menyelesaikan Covid-19. Ternyata gotong rotong paling utama. Namun integritas kepemimpinan juga menjadi penting. Bagaimana pemimpin punya kreativitas, integritas, loyalitas. Tapi juga determinasi. Artinya, pemimpin harus punya kemampuan yang gigih untuk menyelesaikan masalah. Sehingga masalah Covid-19 kemarin, kita cukup berhasil dalam menyelesaikannya,’’ tandasnya.
Benjamin Latumahina menambahkan bahwa buku yang ditulis tersebut dicetak sebanyak 1.000 eksemplar dan akan dibagikan ke perpustaan baik Perpustakaan Daerah maupun perpustakaan yang ada di sekolah-sekolah secara gratis. (ulo/gin)
Continue Reading
Sumber: [1]