Bagi para penggemar dan kolektor burung, pasti tak asing dengan keberadaan kakatua. Namun, di antara kerabatnya, kakatua palem (Probosciger aterrimus) memiliki daya tarik yang unik. Kakatua ini juga dikenal dengan sebutan kakatua goliath atau kakatua hitam besar. Meskipun dapat ditemukan di beberapa wilayah Australasia, subspesies terbesarnya berasal dari Papua Barat dan kepulauan Papua.
Satu fakta menarik tentang kakatua palem adalah ukurannya yang sangat besar, menjadikannya spesies terbesar di antara semua burung kakatua. Dengan panjang tubuh mencapai 49-60 cm, lebar sayap 70-100 cm, dan berat 910-1.200 gram, kakatua palem memiliki penampilan yang mencolok dengan warna hitam yang dominan, ditambah dengan bercak merah di sekitar mata dan paruhnya.
Habitat alami kakatua palem terletak di hutan hujan di kawasan Australasia, termasuk di Papua Nugini dan Papua Barat. Mereka sering ditemukan di hutan-hutan lebat, termasuk hutan mosun, hutan eukaliptus, dan sabana yang lebat. Aktivitas mereka di siang hari sering berkaitan dengan mencari makanan dan minum, sementara malam hari mereka bertengger dekat sarang.
Kakatua palem memiliki masa hidup yang cukup lama. Diperkirakan, satwa ini dapat mencapai usia 40-60 tahun di alam liar dan bahkan 100 tahun di penangkaran. Mereka hidup secara monogami, membentuk pasangan dengan satu individu dan melakukan proses kawin antara bulan Agustus hingga Januari.
Uniknya, meskipun memiliki paruh yang kuat, kakatua goliath tidak membuat lubang sarang sendiri. Mereka menggunakan rongga yang sudah ada di pohon-pohon besar, terutama pohon palem untuk berkembang biak. Proses penetasan telur berlangsung selama 30-33 hari dan anak burung akan memerlukan waktu sekitar 100-110 hari untuk menjadi dewasa.
Dengan segala keunikan dan keistimewaannya, menjaga habitat dan keberlangsungan hidup kakatua palem adalah suatu keharusan. Langkah-langkah pelestarian sangat diperlukan untuk memastikan bahwa burung yang eksotis ini tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.