Sorotan All Eyes on Papua menjadi pusat perbincangan di media sosial mengikuti gelombang viral sebelumnya, All Eyes on Rafah. Dibalik sorotan tersebut, tersembunyi perjuangan Suku Awyu yang gigih mempertahankan tanah adat mereka.
Gerakan All Eyes on Papua mencerminkan kepedulian masyarakat terhadap situasi di Boven Digoel, Papua Selatan. Kabar mengenai rencana pembabatan lahan hutan seluas 36 ribu hektar atau lebih dari setengah luas Jakarta untuk pengembangan lahan sawit tersebut mengejutkan banyak pihak.
Bagi banyak masyarakat adat di Papua, hutan memiliki makna sakral yakni, sebagai Ibu. Pasalnya, masyarakat adat Papua sangat bergantung pada sumber daya alam untuk kelangsungan hidup mereka.
Hutan adat yang selama ini dianggap sebagai ‘rekening abadi’ menjadi penopang kehidupan bagi masyarakat Awyu dari generasi ke generasi. Namun, keberadaannya kini terancam oleh izin yang diberikan kepada sejumlah perusahaan sawit di Boven Digoel.
Kehadiran perusahaan sawit tersebut menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan lingkungan di tempat tinggal mereka. Bukan hanya bagi hutan dan isinya, tetapi juga bagi sungai dan rawa yang menjadi sumber utama air bagi masyarakat.
Suku Awyu bertahan dengan gigih, berusaha mempertahankan hak-hak mereka dengan berbagai cara, didukung oleh berbagai komunitas dan organisasi lingkungan.
Mengenal Lebih Jauh Suku Awyu
Masyarakat adat Awyu yang juga dikenal sebagai Awya, mendiami daerah aliran Sungai Digoel di Pesisir Papua Selatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Mappi. Daerah ini juga dihuni oleh orang Yahraim dan orang Muyu di bagian baratnya.
Menurut sensus penduduk tahun 2017, populasi masyarakat Awyu mencapai sekitar 27.300 jiwa.
Joshua Project, sebuah organisasi berbasis di Amerika Serikat, mengelompokkan Awyu ke dalam beberapa sub-suku, seperti Nohon (Awyu Tengah), Aghum Pisa (Asue), Awyu Selatan dan Jair.
Sementara di bagian Awyu Selatan, terdapat sub-suku besar seperti Asmat, Malind, dan Mandobo. Masyarakat Awyu termasuk dalam kelompok suku Mappi, yang terdiri dari dua suku besar, yaitu Awyu Laut dan Awyu Darat.
Penduduk suku ini sebagian besar menggantungkan hidup dari berburu dan meramu. Makanan utama mereka adalah sagu, ikan dan udang yang mereka dapatkan dari sungai atau rawa di sekitar tempat tinggal mereka.
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Awyu yang termasuk dalam rumpun Bahasa Papua. Bahasa Awyu memiliki 5 hingga 11 dialek, seperti Pisa, Asue, Pasue, Yenimu (Oser), Aghu, Siaxa (Siagha), dan Aghu Jair (Kia Atas, Kia Bawah, Sungai Edera).