Home Papua Pala Papua, Rempah ‘Anak Tiri’ Indonesia yang Mengisi Kehidupan

Pala Papua, Rempah ‘Anak Tiri’ Indonesia yang Mengisi Kehidupan

by Nayanika Candramaya
pala papua

Pala Papua merupakan rempah khas dari wilayah barat Papua yang telah lama disebut sebagai “anak tiri” dalam perdagangannya. Meskipun menjadi komoditas penting, para petani pala di daerah Fakfak, Papua Barat, sering kali tidak mendapatkan keuntungan yang sepadan karena monopolinya oleh pengepul dan pedagang besar.

Berbeda dengan pala dari Kepulauan Maluku, pala satu ini memiliki ciri khas bentuk yang lebih lonjong. Namun, aroma segar dan sensasi hangat yang dihadirkannya dalam masakan khas Indonesia seperti sup, membuatnya tetap dicari.

Restoran KAUM di Jakarta menjadi salah satu tempat yang setia menggunakan buah pala dari tanah Papua dalam masakannya. Chef Rachmad Hidayat, kepala dapur restoran tersebut, bahkan mengambil inspirasi dari para petani pala  untuk menciptakan hidangan khas seperti Meri Totora sebagai upaya melestarikan kekayaan rempah Indonesia.

Namun, di balik keindahan dan kekayaannya, para petani pala masih menghadapi tantangan besar. Harga pala yang tidak sebanding dengan upaya mereka membuat banyak dari mereka terjebak dalam praktik ijon, bahkan harus meminjam uang untuk membiayai kehidupan sehari-hari.

Meskipun demikian, ada upaya dari beberapa pihak, seperti Siti Uswanas dari LSM Aspirasi Kaki Abu untuk Perubahan. Siti membantu petani pala dengan menyediakan akses langsung kepada pembeli, seperti Chef Rachmad sebagai bentuk solusi yang lebih etis dan bertanggung jawab.

Pala yang tumbuh subur di tanah Papua dengan segala kompleksitasnya, bukan sekadar rempah biasa. Di balik setiap hidangan yang diolah, terdapat cerita tentang perjuangan para petani dan kekayaan alam Indonesia yang harus dijaga dengan baik. Meri Totora, bukan hanya sebuah hidangan, melainkan juga simbol tanggung jawab atas pala satu ini.

Dari sisi ilmiah, pala ini memiliki keunggulan tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa minyak pala khas Papua mengandung senyawa yang berbeda dengan pala dari Kepulauan Maluku, yang memberikan efek rileksasi pada tubuh. Namun, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal, karena masih ada ketergantungan pada impor trimiristin dari luar negeri.

Dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan pala khas Papua, kolaborasi antara petani, pemerintah, dan pihak-pihak terkait menjadi krusial. Hanya dengan kerjasama yang solid, pala dari Papua ini bisa tetap menjadi bagian penting dari identitas rempah Indonesia yang kaya, tanpa meninggalkan para petani di belakang.

Related Posts