aktivitas pasien corona di rumah sakit darurat. ©2020 AFP PHOTO/STR
Merdeka.com – Para peneliti dari Pusat Nasional Penyakit Menular Singapura (NCID) dan Akademi Penyakit Menular dan Pengobatan Kedokteran dua hari lalu merilis makalah yang menyatakan, setelah 11 hari pasien Covid-19 tidak lagi menularkan penyakitnya. Itu berarti mereka bisa dipulangkan dari rumah sakit.
Singapura selama ini membolehkan pasien Covid-19 pulang setelah dua kali tes swab negatif. Namun hasil penelitian para ahli itu memperlihatkan meski pasien kemungkinan masih positif saat dites, itu “tidak berarti mereka masih bisa menulari penyakitnya atau virusnya masih aktif”.
Hal itu karena tes hanya mendeteksi genom virus, tapi tidak memperlihatkan keseluruhan bagian virus atau virus secara utuh tidak bisa lagi menulari orang lain.
Dikutip dari laman the Straits Times, Sabtu (23/5), para peneliti mengatakan makalah mereka ini bisa membuat pemerintah mengubah syarat untuk memulangkan pasien.
Namun keputusa untuk mengubah syarat kepulangan pasien ini harus berdasarkan Kementerian Kesehatan (MOH) yang sudah diberitahu soal penelitian ini beberapa hari lalu.
“Kementerian Kesehatan akan mencermati pernyataan dan mengevaluasi bagaimana kita bisa menyesuaikan dengan hasil temuan terbaru tentang masa penularan pasien Covid-19 untuk rencana manajemen perawatan pasien.”
1 dari 2 halaman
Hasil penelitian 87 dokter ahli penyakit menular
MOH menuturkan, strategi Singapura dalam menangani pasien Covid-19 dipandu oleh hasil penelitian lokal dan internasional terbaru secara sains dan klinis.
Jika MOH menerima masukan dari makalah para peneliti itu maka lebih dari 80 persen pasien bisa dipulangkan setelah 11 hari dirawat.
Sebagian lain bisa tetap dirawat karena sakitnya parah. Tapi mereka pun sudah tidak lagi menulari penyakitnya setelah 11 hari dan tidak perlu berada di ruang isolasi.
Makalah yang dipublikasikan itu memuat hasil penelitian 87 dokter ahli penyakit menular dari instansi swasta dan negeri.
Kesimpulan dari makalah berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 pasien di Singapura.
Profesor Leo Yee Sin, direktur eksekutif NCID mengatakan penelitian itu cukup kuat dan aman untuk diterapkan kepada seluruh pasien.
“Secara keilmuan saya sangat yakin ada cukup bukti bahwa pasien itu tidak lagi menulari setelah 11 hari.”
2 dari 2 halaman
Penelitian kecil tapi penting di Jerman
Pengecualian hanya berlaku untuk pasien yang mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah, misal pengidap kanker yang masih menjalani kemoterapi atau orang yang sedang baru menjalani transplantasi. Pada pasien seperti itu virus corona masih memungkinkan bisa menulari untuk jangka waktu lebih lama.
Dr Asok Kurup yang juga pejabat di akademi senada dengan Profesor Leo Yee Sin. Ahli penyakit menular di instansi swasta itu mengatakan: “Penelitian masih berlangsung dan kami akan mendapatkan data lebih banyak, tapi kita akan melihat hasilnya akan sama saja karena penelitian keilmuan ini cukup hebat. Jadi tidak perlu lagi menunggu.”
Hasil makalah ini juga menyinggung soal “penelitian kecil tapi penting” di Jerman tentang sembilan pasien Covid-19 yang kadar virusnya sangat tinggi di bagian tenggorokan dan paru-paru di pekan pertama . Tapi kemudian sudah tidak ada lagi kadar virusnya pada hari ke-8.
Ketika ditanya mengapa penelitian Singapura hasilnya lebih lama 3 hari, Profesor Leo menjelaskan, para peneliti mereka “sangat konservatif dan mengkaji sampai tetes terakhir virus.”
Para peneliti berencana menerbitkan penelitian ini di jurnal internasional terkemuka. [pan]
Baca juga:
Uji Coba ke Hewan Sukses, Peneliti China Kian Dekat dengan Vaksin Corona
Hasil Penelitian: Monyet Kebal Virus Corona Setelah Terinfeksi
Ilmuwan di China Percaya Obat Baru Bisa Hentikan Pandemi Tanpa Vaksin
Inggris Akan Produksi 30 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Hingga September
Kabar Bahagia, Hasil Uji Awal Vaksin Corona di AS Menggembirakan
Percobaan Vaksin Virus Corona Pada Tikus Berhasil Sukses di Israel