Jakarta, Beritasatu.com – Pandemi virus corona (Covid-19) menyebabkan sebagian masyarakat ketakutan berlebihan untuk keluar rumah, termasuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit (RS). Hal inilah yang disebut dengan Covid Phobia.
Padahal, Covid Phobia malah berisiko adanya keterlambatan diagnosa penyakit non-covid, terutama pada mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis.
Baca Juga: Siloam Hospitals Luncurkan Layanan Rawat Jalan Online
Untuk itu, Siloam Hospitals TB Simatupang menerapkan protokoler keamanan demi memastikan keamanan pasien dan menghilangkan Covid Phobia saat ke rumah sakit.
Dokter spesialis paru Siloam Hospitals TB Simatupang, dr Henie Widowati SpP mengatakan, guna memutus rantai penularan Covid-19, berbagai imbauan telah dikeluarkan mulai dari pemakaian masker, cuci tangan, hingga pembatasan aktivitas di luar rumah.
“Misalnya saja imbauan bagi mereka yang ingin ke rumah sakit apabila kondisi tidak terlalu darurat. Imbauan seperti ini bisa membantu dalam jangka waktu pendek. Namun, jika dalam kondisi terlalu lama ini bisa menjadi bom waktu,” ujar Henie di Jakarta, Rabu (27/5/2020).
Menurut Henie, terlalu lama masyarakat dalam keadaan lockdown berisiko memicu frutasi yang pada akhirnya bisa membuat Covid Phobia. Hal itu terjadi akibat seseorang akan merasa sangat ketakutan keluar rumah dan tertular Covid-19. Ini pun menjadi alasan pasien enggan datang ke rumah sakit. Sehingga berisiko adanya keterlambatan diagnosisi penyakit non-covid dan membuat angka kematian menjadi lebih tinggi.
Baca Juga: Cara Singapura Tambah ICU Rumah Sakit Bisa Ditiru
“Ini perlu diwaspadai untuk khalayak umum, terutama pada mereka yang memiliki penyakit berat dan kronis, seperti jantung, diabetes, dan lainnya. Jika memang ada gejalanya tetap harus ke rumah sakit. Tentunya dengan jaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan,” jelasnya.
Henie menambahkan, kehawatiran pasien yang memerlukan obat rutin akan menebus obatnya sembarangan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Hal ini membuat mereka kebanyakan menebus resepnya di toko obat, mengingat apotik memerlukan resep dokter dalam memberikan obat rutin tersebut.
“Kekhawatiran yang muncul adalah pertama, tidak ada kepastian obat yang dijual asli atau palsu. Kedua, sebenarnya dengan kontrol rutin dokter ingin memastikan dan menilai perjalanan penyakit apakah bisa dikontrol dengan dosis yang sama. Hal inilah yang belum disadari oleh pasien itu sendiri yang malah akan membahayakan keselamatan mereka sendiri,” tegasnya.
Menjawab hal ini, lanjut Henie, Siloam Hospitals TB Simatupang teah menerapkan protokoler keamanan yang diberlakukan bahkan sejak awal pandemi ini terjadi. Mulai pre-hospital, screening, hingga pelayanan saat di rumah sakit. Pre-hospital yang dimaksud adalah pelayanan rumah sakit yang bisa dilakukan di rumah. Salah satunya adalah dengan telemedicine atau tele konsultasi, drive thru, dan layanan home visit.
Baca Juga: 300.000 Orang Manfaatkan Layanan Telemedicine
“Pada proses screenig sudah dilakukan saat masuk ke rumah sakit dengan melakukan pemeriksaan rapid test. Dengan hasil yang didapat, akan dilakukan pemisahan ruangan atau area antara pasien yang non dengan covid. Di dalam gedung pun kami telah menerapkan berbagai protokoler yang ketat. Salah satunya pembatasan jumlah orang dalam lift,” tegasnya.