Home News Ini Cerita WNI di AS Saat Kerusuhan Demo Protes atas Kematian George Floyd

Ini Cerita WNI di AS Saat Kerusuhan Demo Protes atas Kematian George Floyd

by Papua Damai
Ini Cerita WNI di AS Saat Kerusuhan Demo Protes atas Kematian George Floyd

Esther salah satu WNI di Minneapolis yang memantau kerusuhan demonstrasi dan penjarahan dari apartemennya menceritakan apa yang dia rasakan selama kerusuhan yang terjadi di episentrum unjuk rasa itu.Dokumentasi pribadi EstherEsther salah satu WNI di Minneapolis yang memantau kerusuhan demonstrasi dan penjarahan dari apartemennya menceritakan apa yang dia rasakan selama kerusuhan yang terjadi di episentrum unjuk rasa itu.

MINNESOTA, KOMPAS.com – Demonstrasi rusuh akibat kematian pria Afrika-Amerika, George Floyd (46) di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat (AS) memiliki dampak tersendiri bagi WNI di AS.

Penjarahan, pembakaran fasilitas umum dan tindakan anarkis lain yang dilakukan oknum menambah kekhawatiran para WNI di Minnesota. 

Esther K Sianipar (45) misalnya, seorang WNI yang tinggal di St. Paul, episentrum demonstrasi rusuh, menceritakan perasaannya berada di wilayah tersebut.

Esther dan putranya yang masih berusia 14 tahun tinggal di sebuah apartemen. Kepada Kompas.com, Esther menceritakan bagaimana dirinya memantau kerusuhan yang terjadi dari apartemennya.

“Dari perempatan apartemen saya, ada SPBU dan di seberangnya ada toko jualan minuman keras yang dijarah massa pada Kamis malam (28/5/2020). Keesokan harinya mereka membuka toko, namun bagian pintu dan kaca toko dipasangi papan kayu sebab para penjarah mengincar pompa bensin dan toko-toko,” kata Ester.

Baca juga: Apa yang Terjadi dalam 30 Menit Momen Terakhir Hidup George Floyd?

Esther mengaku tetap berada di apartemen sesuai peraturan yang dikeluarkan KJRI Chicago, Gubernur Minnesota dan peraturan dari sekolah pascasarjananya di Luther Seminary, St. Paul.

“Saya merasa cemas, khawatir dan deg-deg-an karena saya teringat akan kerusuhan Mei 1998 (di Indonesia) bersamaan dengan demonstrasi besar-besaran yang ganas dan anarkis. Apalagi di sini pemerintah sudah menurunkan Garda Nasional.”

Dia menambahkan, kalau pemerintah AS juga memberlakukan jam malam, “Kalau tidak dipatuhi, kita melanggar hukum.”

Esther mengaku selain karena terjadinya kerusuhan, adanya pandemi virus corona juga membuat dirinya dan keluarga hanya berada di rumah.

“Jika keluar kalau perlu saja. Kebetulan saya stok makanan di apartemen dan masih bisa ke toko bahan makanan kalau pagi. Jadi, tidak terlalu berpengaruh. Hanya merasa cemas dan selalu memantau keadaan sampai subuh karena polisi dan helikopter melewati daerah kami menuju titik kerusuhan.”


Read More

Related Posts