Home News Herd Immunity Alami Berbahaya

Herd Immunity Alami Berbahaya

by Papua Damai
Herd Immunity Alami Berbahaya

  • Jumat, 5 Juni 2020 | 12:36 WIB
  • Penulis:

    • Agung Priyo Wicaksono

YOGYAKARTA, suaramerdeka.com – Wacana strategi herd immunity untuk menghambat penyebaran virus corona jenis baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, menjadi kontroversi. Herd immunity sangat berbahaya karena dapat memakan korban sangat banyak.

”Herd immunity atau yang dikenal sebagai kekebalan kelompok merupakan kondisi ketika suatu kelompok atau populasi manusia kebal atau resisten terhadap penyebaran suatu penyakit infeksi. Untuk mencapai kekebalan kelompok tersebut, sebagian besar populasi harus memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Dengan begitu, mayoritas populasi yang telah kebal akan dapat melindungi sebagian kecil masyarakat yang belum memiliki kekebalan, misalnya karena terdapat kontraindikasi dilakukannya tindakan vaksinasi,” ungkap Dosen sekaligus peneliti virus Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr Mohamad Saifudin Hakim MSc PhD.

Ia menjelaskan terdapat dua cara untuk menciptakan kekebalan kelompok. Pertama, secara artifisial melalui tindakan vaksinasi. Vaksinasi untuk merangsang tubuh membentuk kekebalan sebelum terpapar infeksi suatu penyakit secara alami.Kedua, secara alamiah dengan infeksi alami. Kekebalan kelompok diperoleh ketika seseorang terinfeksi penyakit secara alami. Selanjutnya, tubuh akan merespon dengan membentuk kekebalan ketika berhasil sembuh dari infeksi tersebut.

Lebih Aman

Saifudin mengatakan herd immunity melalui vaksinasi jauh lebih aman dibandingkan dengan infeksi secara alami. Pasalnya, vaksin telah didesain sedemikian rupa dari komponen virus atau virus yang dilemahkan untuk dapat merangsang terbentuknya kekebalan tubuh namun tidak menimbulkan sakit atau penyakit.

Di samping itu, vaksinasi tidak menyebabkan seorang individu menjadi infeksius atau dapat menular karena bahan vaksin hanya dibuat dari partikel virus, salah satu bagian anggota tubuh virus, atau virus hidup yang dilemahkan yang dihilangkan potensi atau gen penularannya.

Cara vaksinasi ini juga telah dikaji melalui ribuan penelitian di seluruh dunia dan hanya menimbulkan efek samping yang minimal bagi tubuh yang telah diketahui dan bisa diantisipasi oleh petugas kesehatan terlatih.

Sebaliknya, herd immunity dengan infeksi secara alami sangatlah berisiko. Tidak hanya menyebabkan terjadinya sakit atau penyakit, tetapi individu yang terkena infeksi alami juga berpotensi menjadi agen penularan. Kondisi tersebut semakin memakan banyak korban jiwa sampai pada tahap penularan dapat berhenti setelah individu yang tersisa dapat bertahan hidup dan memiliki kekebalan. Sementara itu, dalam kasus Covid-19, belum ada kepastian apakah kekebalan yang didapat secara alami terhadap SARS-CoV-2 benar-benar dapat melindungi seseorang dalam jangka waktu yang lama atau tak akan terinfeksi kembali.

”Penemuan vaksin yang efektif masih berada di jalan yang panjang, menjadikan banyak negara harus menekan penularan virus SARS-CoV-2 dengan pembatasan aktivitas sosial yang ketat. Menerapkan skenario herd immunity dengan infeksi alami untuk mengatasi penyebaran SARS-CoV-2 sangat tidak etis karena secara praktis, sama saja dengan membiarkan kelompok masyarakat tertentu yang memang rentan, untuk terkena dampak infeksi yang berat. Misalnya kelompok usia tua, kelompok masyarakat dengan penyakit komorbid, dan individu dengan gangguan autoimun atau berbakat alergi,” imbuhnya.(Agung PW)



Read More

Related Posts