PERISTIWA gerhana bulan penumbra atau di negara barat dikenal dengan istilah gerhana bulan stroberi, terjadi pada Sabtu 6 Juni 2020 dini hari. Gerhana tersebut merupakan salah satu fenomena yang cukup langka. Selain itu, ternyata gerhana juga sudah terjadi sejak zaman Nabi.
Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH. Sirril Wafa mengatakan, dalam hadits riwayat Al-Bukhari disebutkan, terjadi peristiwa gerhana matahari di hari wafatnya Nabi Ibrahim ‘Alaihisssalam.
“Maka muncul spekulasi di kalangan sebagian sahabat, bahwa kedua peristiwa ini (kematian Nabi Ibrahim dan gerhana) ada hubungan keterkaitan. Begitu kabar sampai kepada Nabi, beliau langsung menyampaikannya,” katanya saat berbincang dengan Okezone, Sabtu, 6 Juni 2020.
Dari ‘Aisyah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah” (HR. Bukhari-Muslim).
Baca juga: Bacaan Sholawat yang Bikin Malaikat Sibuk Mencatat Pahalanya Selama 1.000 Hari
Sementara pada gerhana penumbra, piringan matahari/bulan tidak tampak berkurang sedikitpun. Hanya saja wajah matahari/bulan tampak memburam atau berkurang cemerlangnya, disebabkan bayangan bulan yang mengenai matahari pada gerhana matahari hanyalah bayangan semu.
Sedangkan pada peristiwa gerhana bulan, bayangan bumi yang mengenai bulan juga bayangan semu dan bukan bayangan inti.
“Peristiwa gerhana bulan tanggal 6 Juni 2020 dini hari adalah peristiwa gerhana bulan penumbra. Nanti tanggal 21 Juni 2020 diprediksi alan terjadi gerhana matahari yang tampak di beberapa tempat sebagai gerhana cincin, dan di wilayah lain hanya tampak sebagai gerhana matahari sebagian/parsial saja. wallahu a’lam,” tutur Kiai Wafa.
Sementara itu, melansir dari laman Sindonews, pada masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, setidaknya telah terjadi delapan kali gerhana, yakni tiga kali gerhana matahari dan lima kali gerhana bulan.
Baca juga: Kisah Perjuangan Santriwati hingga Berhasil Hafal 30 Juz Alquran
Namun apabila ditinjau lebih dalam, ketika gerhana matahari dan gerhana bulan datang, Rasulullah akan melaksanakan sholat sunah gerhana. Berikut ini adalah rincian ketika gerhana terjadi delapan kali pada masa tersebut:
1. Gerhana Bulan (20 November 625)
Pada tahun ini adalah dilakukannya sholat gerhana untuk kali pertamanya di masa Nabi Muhammad Shallallhu ‘alaihi wasallam. Kala itu bertepatan dengan 10 atau 11 Jumadil Akhir tahun ke-4 Hijriyah. Nabi Muhammad bersabda:
عن عائشة – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا – قالت: جهر النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – في صلاة الخسوف بقراءته
Artinya: “Dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW menjaharkan suaranya dalam sholat khusuf,” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Gerhana Bulan (17 Mei 626)
Saat itu gerhana bulan terjadi di waktu Subuh pada 17 Mei 626. Jika dikonversikan menggunakan komputer, pada tanggal tersebut jatuh pada hari Sabtu 22 Dzul-Hijjah tahun ke-4 Hijriyah.
Gerhana bulan yang terjadi hanya parsial (sebagian), menjelang waktu Subuh hingga Subuh berakhir. Bahkan ketika bulan tenggelam masih dalam keadaan gerhana. Kemudian waktu gerhana ini sangat luas dengan waktu tenggelamnya sekitar 2 jam.
Gerhana tersebut merupakan waktu di mana kaum muslimin lebih banyak di rumah atau masjid untuk melakukan qiyamul lail. Bahkan umat Islam biasanya masih melakukan zikir setelah Subuh. Sehingga fenomena ini terabaikan.