Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan keluarga sempat dilarikan ke bunker bawah tanah setelah masa pendemo kematian George Floyd berkumpul di luar Gedung Putih.
Kejadian tersebut terjadi pada Jumat (29/5/2020). Sumber CNN mengatakan jika eskalasi di Gedung Putih meningkat menjadi “merah” maka Trump, Ibu Negara dan Putranya akan dipindahkan ke Pusat Operasi Darurat.
Kabar lain menyebutkan pada Minggu dini hari, Gedung Putih memperingatkan stafnya melalui surat elektronik. Isinya, bagi staf yang harus bekerja pada Senin, untuk menyembunyikan identitasnya sampai tiba mendekati pintu masuk.
Atas aksi tersebut, Trump menyarankan agar anjing penjaga dan persenjataan bersiap di dalam gerbang Gedung Putih. Trump mengklaim, Wali Kota Washington DC, Muriel Bowser tidak mengizinkan polisi setempat untuk terlibat. Meskipun agen keamanan, Secret service mengatakan berada di tempat kejadian.
Keputusan untuk memindahkan Presiden, datang ketika para pengunjuk rasa berhadapan dengan petugas Secret Service di luar Gedung Putih selama berjam-jam pada hari Jumat. Mereka berteriak, melemparkan botol-botol air dan benda-benda lain di barisan perwira, dan berusaha untuk menerobos pagar.
Pengunjuk rasa melakukan aksi dorong beberapa kali sehingga petugas harus pergi dengan luka ringan. Pada satu titik, para agen menanggapi dorongan dan teriakan agresif dengan menggunakan semprotan merica kepada para pengunjuk rasa.
Sepanjang malam, para pengunjuk rasa melantunkan dukungan mereka untuk Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata yang meninggal setelah lehernya ditekan lutut oleh seorang perwira polisi kulit putih. Protes, yang dimulai pada Jumat sekitar pukul 10 malam waktu setempat di luar Gedung Putih, akhirnya berakhir pada pukul 3:30 pagi waktu setempat.
Setelah bersembunyi di bungker bawah tanah selama beberapa waktu, Gedung Putih akibat demonstrasi anti rasisme, Jumat (29/5/2020), Senin (1/6/2020) malam waktu setempat, Trump sudah terlihat memberi pernyataan di Gedung Putih. Meskipun pendemo masih ada di luar gedung bahkan memanas dengan petugas yang menyemprotkan gas air mata.
Dalam pidatonya, ia mengecam demonstrasi yang berujung kerusuhan di sejumlah tempat. Sebelumnya demo dipicu kematian seorang warga AS keturuna Afrika, George Floyd. “Ini bukan aksi protes damai, ini adalah aksi teror domestik,” katanya dikutip dari AFP, Selasa (2/6/2020).
Trump meminta, agar gubernur negara bagian mengerahkan semua, Garda Nasional, unit tentara cadangan AS dalam jumlah memadai untuk mendominasi jalanan. “Jika sebuah kota atau negara menolak untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti penduduk mereka, maka saya akan mengerahkan militer Amerika Serikat dan dengan cepat menyelesaikan masalah bagi mereka,” tegasnya.
Atas kejadian olok-olokan #BunkerBoy bergema di Twitter yang dialamatkan ke Donald Trump yang sempat dilarikan ke bunker bawah tanah ketika massa yang protes soal kematian George Floyd di Gedung Putih.
Tidak berhenti di situ, media besar The New York Times membuat headline soal #BunkerBoy tanggal 2 Juni 2020 yang mengkritik Trump gunakan kekerasan hadapi pendemo tetapi takut dan bersembunyi di bunker.
Berikut cuitan soal #bunkerboy di Twitter”
#BunkerBoy was so embarrassed that folks mocked him for hiding out that he got military police to shoot peaceful protestors w/ rubber bullets & tear gas just so he could stroll across the street w/ his white men & his high heeled daughter for a photo op w/ a bible#DictatorTrump – Alison Greene (@GrassrootsSpeak) June 2, 2020
Hope the #BunkerBoy is having fun up on the roof of the #WhiteHouse watching his #MilitaryExercise. – Diane Schulz (@dihicobra) June 2, 2020
Today @RealDonaldTrump has proven himself to be even a bigger coward. #BunkerBoy #CowardinChief #CowardTrump – Pineapple Titan (@the_devik) June 2, 2020.
(roy/roy)