Home News PTPN Punya Utang Rp 48 Triliun, Erick Thohir Rombak Jajaran Direksi

PTPN Punya Utang Rp 48 Triliun, Erick Thohir Rombak Jajaran Direksi

by Papua Damai
PTPN Punya Utang Rp 48 Triliun, Erick Thohir Rombak Jajaran Direksi

Menteri BUMN Erick Thohir ketika menjelaskan konsep PT Sarinah (Persero) dalam wawancara terbatasnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (8/5/2020).KOMPAS.com/ADE MIRANTI KARUNIA SARIMenteri BUMN Erick Thohir ketika menjelaskan konsep PT Sarinah (Persero) dalam wawancara terbatasnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (8/5/2020).

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku telah memrombak jajaran direksi anak usaha di bawah PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Langkah itu diambil dalam rangka efisiensi perusahaan. Sebab, perusahaan yang saat ini menjadi induk holding BUMN perkebunan itu diketahui mempunyai utang yang cukup besar.

PTPN dalam kondisi berat, dengan segala hormat kita lakukan efisensi besar-besaran, kemarin banyak sekali PTPN 1-14 jumlah direksi harus kita pangkas, yang bukan holding akhirnya hanya satu direkturnya,” ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/6/2020).

Baca juga: Erick Thohir Bakal Gabungkan Bulog dengan PTPN dan RNI

Berdasarkan catatan Erick, perusahaan tersebut mempunyai utang hingga puluhan triliun rupiah. Atas dasar itu, langkah efisiensi perlu dilakukan di perusahaan tersebut.

“Karena PTPN holding punya total utang Rp 48 triliun. Ini akan saya sampaikan detail untuk program kelanjutan,” kata mantan bos Inter Milan itu.

Erick menjelaskan, dia ingin ke depannya PTPN bisa menjadi tulang punggung dalam program swasembada gula. Sebab, holding BUMN tersebut diketahui mempunyai lahan yang cukup luas.

“Khususnya di klaster perkebunan ini bagaimana PTPN dan Perhutani nantinya dengan punya 130.000 hektar lahan pertebuan. Kalau per hektarnya ditambah plasma rakyat 140.000 menjadi 270.000 hektar. Kalau masing-masing per hektar bisa produksi 7 ton, berarti PTPN jadi backbone swasembada gula,” ucap dia.

Dengan begitu, lanjut Erick, diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor gula di Indonesia.



Read More

Related Posts