Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Jumat (12/6/2020) berpotensi melemah di tengah volatilitas yang relatif tinggi akibat lonjakan kasus terinfeksi virus corona.
Sebelumnya, pada perdagangan Kamis kemarin (11/6/2020) IHSG anjlok 65,93 poin atau 1,34% menjadi 4.854,75 merespons lonjakan kasus corona di Tanah Air yang memberikan kekhawatiran investor untuk masuk pasar keuangan Indonesia.
Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 9,52 triliun, investor asing kembali jual bersih (net sell) sebesar Rp 247,95 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 289 saham yang membukukan penurunan, sementara naik sebanyak 137 saham dan stagnan sebanyak 134.
Saham-saham yang mengalami penurunan di antaranya PT Global Mediacom Tbk (BMTR) (-6,86%), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) (-6,86%), PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) (-6,77%), Sedangkan PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) (-6,49%) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) (-5,96%).
Penurunan IHSG terdorong oleh lonjakan kasus terpapar virus corona. Sentimen domestik dan eksternal memang sedang kurang suportif buat pasar keuangan Indonesia. Dari dalam negeri, penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terus meluas.
Lonjakan kasus ini bisa membuat pemerintah berpikir ulang untuk menerapkan kehidupan normal baru (new normal) dan kembali menerapkan social distancing, maka prospek ekonomi Indonesia bakal suram. Oleh karena itu, wajar investor agak cemas. Kekhawatiran itu ditunjukkan dengan melepas aset-aset di pasar keuangan Indonesia.
Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia) ditutup di zona merah.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1.861,82 poin atau 6,9% menjadi 25.128,17, Nasdaq anjlok 527,62 poin atau 5,3% menjadi 9.492,73 dan S&P 500 turun 188,04 poin atau 5,9% menjadi 3.002,10.
Aksi jual di bursa Wall Street terjadi di tengah kekhawatiran tentang gelombang kedua kasus virus corona, karena data terakhir telah menyebabkan kekhawatiran tentang pembukaan kembali ekonomi yang mengarah pada lonjakan infeksi.
Menurut data CNN yang dikumpulkan dari Covid Tracking Project, jumlah pasien terpapar virus corona yang dirawat di rumah sakit sejak Memorial Day telah meningkat setidaknya di 12 negara bagian AS.
Texas melaporkan 2.504 kasus virus corona baru pada hari Rabu, yang mencerminkan total satu hari tertinggi di negara bagian sejak pandemi itu muncul. Jumlah kasus koronavirus yang dikonfirmasi di AS juga telah melewati tanda dua juta, menurut data dari Johns Hopkins University.
Sementara itu, indeks volatilitas Cboe (Volatility Index/VIX) yang dianggap sebagai indeks pengukur rasa takut terbaik di Wall Street melompat untuk diperdagangkan di atas 40 untuk pertama kalinya sejak 4 Mei lalu. Kenaikan dalam nilai VIX menunjukkan masih tingginya volatilitas pasar yang mengakibatkan investor enggan untuk masuk kembali ke pasar aset berisiko maupun aset dengan imbal hasil.
Pada catatan pukul 07:35 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,87% pada 25.248, sedangkan S&P 500 menguat 0,74% menjadi 3.021 dan Nasdaq Composite 100 naik 0,68% pada 9.668.
Pada perdagangan pagi ini Jumat (12/6/2020) penurunan bursa Wall Street kemungkinan menjadi sentimen negatif IHSG untuk kembali melemah.
Foto: Revinitif
Analisis Teknikal
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (Hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di bawah area pivot dan mendekati area support, dengan garis BB yang terlihat melebar ke bawah, artinya pergerakan cenderung untuk turun lebih lanjut.
Untuk melanjutkan penurunan gerak IHSG perlu melewati level support yang berada di area 4.800 kembali dan berlanjut hingga area 4.750. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati resistance yang berada di area 4.920 hingga area 4.985.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang melebar dan sudah berada di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk koreksi lebih lanjut.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI masih bermain atau bertahan di area jenuh jual, karena sentimen negatif pasar yang menekan, sehingga dorongan rebound secara teknikal lebih kecil. Namun dengan garis RSI yang mencoba bergerak ke atas pergerakan selanjutnya masih mencoba untuk rebound.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang mulai melebar ke bawah dan terkonfirmasi MACD yang masuk wilayah negatif, maka pergerakan IHSG masih berpotensi terkoreksi, kendati terbatas karena RSI yang sudah oversold.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)