JAKARTA, investor.id – Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan penyebab nomor satu kematian di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Sekitar 31% dari seluruh kematian di dunia, atau sekitar 8,7 juta, disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat sebanyak 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner.
Dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular Siloam Hospitals Kebon Jeruk yang juga pimpinan Siloam Heart Institute (SHI) dr. Maizul Anwar, Sp.BTKV menerangkan, penyakit jantung yang paling umum terjadi adalah penyakit jantung koroner. Biasanya kasus jantung koroner dialami mulai dari usia produktif yaitu termuda 31 tahun hingga 85 tahun.
Untuk kasus usia di bawah 50 tahun, kejadian penyakit jantung koroner berhubungan erat dengan gaya hidup, seperti pola makan yang kurang baik, merokok, tidak berolahraga, hipertensi, serta stres yang tinggi. Selain itu, dapat juga terjadi karena hiperkolesterolemia atau gula darah tinggi karena hasil metabolism dari pola makan yang tidak sehat.
“Pada kasus-kasus penyakit jantung coroner yang tidak bisa diatasi lagi dengan obat-obatan atau pasien yang sudah memasang stent dan tidak dapat diulang lagi, dalam dunia medis solusi untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan melakukan prosedur Coronary Artery Bypass Graft (CABG),” ungkap dr Maizul di sela online health talk Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jumat (12/6).
CABG adalah sebuah prosedur tindakan bedah dengan membuat pembuluh darah baru atau biasa disebut bypass pada penyakit jantung koroner.
Pembuluh darah baru tersebut nantinya akan melintasi pembuluh darah jantung yang menyempit dengan menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh lain, seperti arteri di dada, lengan, dan pembuluh vena dari kaki.
Tindakan CABG dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu dengan menggunakan mesin jantung paru konvensional (on pump) atau tanpa menggunakan mesin jantung paru (off pump).
Dr Maizul menambahkan, selama masa pandemi Covid-19, tindakan operasi di Siloam Hospitals Kebon Jeruk tetap bisa dilakukan dengan aman dan tepat karena jaringan rumah sakit Siloam menjalankan protokol kesehatan bagi pasien dan tenaga medis untuk memastikan keamanan dan kesehatan bersama.
Sebelum jadwal operasi diberikan kepada pasien, proses skrining dan pemeriksaan Covid-19 akan dilakukan terlebih dahulu
“Dengan menjalankan protokol dan skrining kesehatan sebelum tindakan operasi dilakukan, masyarakat tidak perlu menunda atau merasa takut untuk menjalani operasi jantung karena kesehatan jantung adalah kondisi kesehatan yang harus segera ditangani secara cepat dan tepat,” tambah dr. Maizul.
Tidak hanya pasien, lanjut dr Maizul, dokter dan petugas kesehatan, staf lainnya di Siloam Hospitals Kebon Jeruk juga dilakukan skrining dan pemeriksaan Covid-19 secara berkala untuk memastikan keamanan staf dan pasien yang dilayani. Siloam Hospitals Kebon Jeruk tetap melayani dan menjawab kebutuhan masyarakat yang memerlukan tindakan operasi jantung, pelayanan konsultasi, penjadwalan bedah jantung, persiapan, rujukan serta tindakan lainnya.
“Kami akan terus memastikan pasien bisa mendapatkan penanganan jantung secara maksimal,” tegasnya.
Dr Maizul mengatakan, sejak dua minggu terakhir, pihaknya telah melakukan operasi jantung sebanyak 10 kali kepada pasien, meski sempat dihentikan sementara selama satu bulan karena pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Ia pun mengatakan, situasi pandemi ini sangat menguntungkan bagi pelayanan rumah sakit Indonesia. Sebab, pasien yang biasanya berobat ke luar negeri, pada kondisi ini membuat mereka akhirnya berobat di dalam negeri dan mer- asakan kualitas yang ternyata sama berkualitas.
“Bagi kami ini suatu kesempatan besar untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Sumber : Investor Daily