CNN Indonesia | Senin, 15/06/2020 16:57 WIB
Ilustasi virus. Peneliti temukan varian mutasi virus corona yang lebih menular. (iStockphoto/koto_feja)
Jakarta, CNN Indonesia — Peneliti terbaru menemukan varian mutasi virus corona SARS-CoV-2 yang membuat Covid-19 lebih mudah menular dari sebelumnya.
Berdasarkan penelitian dari Scripps Research Institute, Florida, Amerika Serikat (AS), varian mutasi virus corona yang dinamakan D614G lebih menular dari para leluhurnya.
“Mutasi virus ini lebih menular dari mutasi yang ada di sistem sel kultur yang kami gunakan,” jelas virolog Scripps Research, Hyeryun Choe.
Penelitian ini belum dilakukan peninjauan ulang dari peneliti lain (peer review). Namun, beberapa ilmuwan sepakat dengan temuan tersebut.
“Penelitian ini menunjukkan virus bisa berubah, perubahan yang menguntungkan atau merugikan kita,” jelas William Haseltine, virolog, pengusaha bioteknologi, dan Ketua Access Health International, seperti dikutip CNN.
Haseltine juga menduga kalau mutasi virus ini telah berubah jadi lebih menular pada pertengahan Januari lalu. “10 kali lebih menular,” tuturnya.
Meski lebih menular, hal ini belum tentu membuat virus corona jadi lebih mematikan. Namun, belum ditemukan bukti kalau varian ini yang bertanggung jawab atas peningkatan infeksi virus corona di dunia.
Sebab, saat ini peningkatan infeksi harian Covid-19 di dunia terus naik. Terutama di negara-negara seperti Brazil, India, Rusia, dan AS. Sementara itu, beberapa negara lain telah berhasil mengurangi jumlah kasus penularan mereka.
Namun, peneliti menyebut perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah mutasi virus ini bakal mengubah keganasan penularan pandemi atau tidak. Selain itu, penelitian ini belum ditinjau ulang (peer review).
Sebelumnya, penelitian berbeda menyebut varian virus ini paling banyak menyebar di AS dan Eropa. Hal itu merupakan hasil penelitian Los Alamos National Laboratory di AS pada April lalu dan dipublikasikan pada BioRxiv ini.
peneliti di Florida menemukan bahwa mutasi telah mempengaruhi spike protein, struktur di luar virus yang digunakannya untuk masuk ke dalam sel. Mereka mengatakan perubahan yang terlihat pada virus itu memiliki arti penting untuk pandemi jika nantinya terkonfirmasi.
Choe mengaku serangkaian percobaan dilakukan untuk memastikan adanya mutasi virus SARS-CoV-2. Hasilnya, mutasi memberi lebih banyak spike dan membuatnya lebih stabil. Lewat percobaan itu, dia mengatakan mutasi yang disebut D614G membuatnya lebih mudah untuk masuk ke dalam sel.
Para peneliti berencana mengunggah temuannya di server pracetak yang disebut BioRxiv. Itu artinya pekerjaan tersebut belum ditinjau oleh para ahli lain di bidangnya.
Sejauh ini, Choe dan rekannya baru mengirim makalah mereka ke William Haseltine, seorang ahli virologi sekaligus pengusaha bioteknologi dan ketua Access Health International. Haseltine percaya temuan itu memberi penjelasan mengapa penyebaran virus corona mudah terjadi di Amerika.
Melansir BGR, vaksin dan beberapa obat antivirus yang sedang dikembangkan saat ini akan menargetkan protein spike itu untuk mencegah virus berkaitan dengan reseptor. Sehingga, mutasi besar pada protein spike dapat mencegah kedua pengobatan itu bekerja.
Organisasi Kesehatan Dunia diketahui sempat mengklaim mutasi virus corona baru yang terlihat tidak akan mempengaruhi kemanjuran vaksin yang sedang dikembangkan. Pekan lalu, WHO juga mengatakan mutasi tidak membuatnya lebih mudah menular, juga tidak membuat virus lebih mematikan. (jps/eks)