Jakarta, Beritasatu.com – Meski bukan kategori penyakit, sindrom metabolik harus tetap diwaspadai. Sebab, apabila didiamkan akan menyebabkan penyakit degeneratif bagi penderitanya seperti, penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Baca Juga: Penyakit Degeneratif Incar Kalangan Usia Muda
Certified Nutrition & Wellness Consultant Nutrifood, Moch Aldis Ruslialdi, mengatakan sindrom metabolik merupakan sekumpulan kondisi yang terjadi secara bersamaan seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah yang tinggi, kelebihan lemak di sekitar pinggang, serta kenaikan kadar kolesterol yang tidak biasa.
“Jika dibiarkan terus dalam kurun waktu beberapa tahun kemudian, mereka yang masuk dalam sindrom metabolik ini dipastikan akan menderita penyakit degeneratif padahal masih dalam usia muda,” ungkap Aldis di sela webinar Nutriclass bersama Nutrifood, di Jakarta, Selasa (16/6/2020).
Menurut Aldis, ada lima gejala umum yang menunjukan telah terjadi sindrom metabolik pada seseorang. Pertama, visceral obesity merupakan bukan obesitas biasa tapi berpusat pada perut. Apabila seseorang mengalami visceral obesity dapat terlihat pada buncitnya perut.
“Hal itu bisa diukur dengan lingkar pinggang seseorang. Kalau wanita batas maksimalnya 80 centimeter (cm), sedangkan pria 90 cm. Apabila sudah lebih dari itu berarti mengalami visceral obesity,” jelas Aldis.
Baca Juga: Olah Raga Lari Efektif Cegah Sindrom Metabolik
Aldis menambahkan, gejala kedua adalah insulin resisten, yaitu kondisi gula darah sudah mengalami masalah. Ketiga, tekanan darah tinggi apabila seseorang diukur mengalami lebih dari 120 pada sistolnya, dan diatas 90 pada diastolnya. Keempat adalah mengalami tinggi trigliserida, disusul kelima rendah HDL-kolesterol atau kolesterol baik.
“Apabila seseorang mengalami minimal dua saja dari lima gejala tersebut, sudah bisa dibilang masuk dalam kategori sindrom metabolik,” jelasnya.
Namun, lanjut Aldis, sindrom metabolik tidak bisa diobati. Meski demikian, bisa diperlambat dengan melakukan deteksi dini, dan terpenting adalah mengubah gaya hidup, seperti berolahraga dan mengatur pola makan.
“Untuk berolahraga disarankan minimal 30 menit kardio intensitas sedang, 5x seminggu dengan total 150 menit. Sedangkan untuk pola makan, bisa dilakukandengan menerapkan pola diet yang sehat,” jelasnya.
Baca Juga: Perubahan Gaya Hidup Kurangi Risiko Sindrom Metabolik
Lebih lanjut, Aldis menambahkan, pola diet tersebut lebih fokus pada variasi, jumlah, dan nutrisi. Dengan perubahan makan, olahraga, dan perubahan perilaku, penurunan berat badan pun akan otomatis terjadi. “Perlu dicatat, penurunan yang sehat adalah 0,5 kilogram (kg) hingga 1,5 kg perminggu,” tutup Aldis.