TEMPO.CO, Jakarta – Peneliti Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Erlina Burhan menanggapi temuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, mengenai lima kombinasi obat-obatan yang dianggap efektif untuk mengobati pasien Covid-19.
Menurutnya, obat itu baru diteliti pada sel hewan, sehingga perlu dilakukan uji klinis lagi. “Perlu dilakukan uji klinis terhadap manusia, itu kan belum, tapi sebetulnya obat-obat itu memang kita pakai juga,” ujar Erlina melalui sambungan telepon, Rabu pagi, 17 Juni 2020.
Kombinasi obat tersebut adalah yang pertama lopinavir-ritonavir-azithromycin. Kombinasi kedua lopinavir-ritonavir-doksisiklin. Sedang kombinasi ketiga adalah lopinavir-ritonavir-klaritromisin.
Adapun dua kombinasi lain tak melibatkan lopinavir dan ritonavir, obat antivirus yang biasa digunakan untuk pasien HIV, melainkan obat antimalaria dan radang sendi serta lupus, hydroxychloroquine. Keduanya adalah kombinasi hydroxychloroquine-azithromycin dan hydroxychloroquine-doksisiklin.
Menurut Erlina, yang juga Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, uji klinis ada tahapannya, bukan hanya diuji pada hewan saja. “Ya dicobakan ke manusia, diteliti apakah efektif atau tidak, itu kan ada parameternya, ada fase satu, fase dua dan fase tiga,” kata dia.
Di seluruh dunia, Erlina berujar, Covid-19 sampai dengan saat ini belum ada obat yang spesifik, seluruh peneliti masih terus mencari. Sementara saat ini, sejak bulan Maret, obat yang biasa dipakai adalah obat tersebut.
“Tapi yang dari Unair kan meneliti di hewan, benar tidak obat itu bisa menyembuhkan Covid-19. Kalau secara pengalaman sih buktinya banyak pasien kita yang sembuh dengan obat-obat itu, bahkan sebelum diteliti di hewan,” tutur Erlina.
Kombinasi obat-obatan tersebut diambil dari yang sudah beredar di pasaran. Alasannya, sudah melalui berbagai macam uji hingga mendapat izin edar dari Badan POM. Dengan kombinasi terpilih itu, jumlah virus corona bisa dikurangi dari ratusan bahkan ribuan menjadi tak terdeteksi sama sekali.
Ketua Peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Unair Purwati menerangkan, lima kombinasi obat itu memiliki potensi dan efektivitas cukup bagus untuk menghambat sel virus masuk ke sel target berdasarkan 14 regimen obat yang diteliti.
“Obat-obatan tersebut diteliti dan diperluas efektivitasnya sebagai antiviral dari SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, yang berbasis sampel Indonesia. Proses yang dilalui yaitu toksisitas. Apakah obat-obat yang dipakai beracun atau enggak dalam tubuh,” ujarnya.