Liputan6.com, Jakarta – Mars terkenal dengan julukan planet merah, namun baru-baru ini pesawat luar angkasa Eropa menemukan cahaya hijau di atmosfer planet tersebut. Menurut studi terbaru, cahaya hijau itu adalah lapisan oksigen.
Cahaya itu mirip dengan cahaya aurora di Bumi, studi tentang temuan ExoMars Trace Gas Orbiter dari Badan Antariksa Eropa yang diterbitkan Senin di jurnal Nature Astronomy.
Cahaya hijau kutub bumi terjadi ketika elektron dari ruang angkasa bertabrakan dengan atmosfer Bumi, tetapi atmosfer Bumi dan Mars sama-sama bersinar di siang hari dan di malam hari berkat sinar matahari.
Pada malam hari, cahaya diciptakan ketika molekul-molekul di atmosfer yang pecah kembali bersatu. Pada siang hari, cahaya muncul ketika sinar matahari membuat molekul dan atom di atmosfer gelisah, seperti nitrogen dan oksigen.
Pantulan cahaya itu terjadi karena planet Bumi memiliki permukaan yang cerah, hal sama juga berlaku dengan planet-planet lainnya, maka dari itu Mars memiliki cahaya planet hijau.
“Salah satu emisi paling terang yang terlihat di Bumi berasal dari cahaya malam. Lebih khusus, dari atom oksigen yang memancarkan panjang gelombang cahaya tertentu yang belum pernah terlihat di planet lain,” kata Jean-Claude Gérard, penulis studi utama dan astronom serta profesor di Universitas de Liège di Belgia, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN, Rabu (17/6/2020).
Emisi di Mars sendiri diperkirakan telah ada selama 40 tahun terakhir.
ExoMars Trace Gas Orbiter membentuk orbit di sekitar Mars pada Oktober 2016. Beberapa instrumen pengorbit, yang secara kolektif disebut sebagai NOMAD (Nadir dan Okupasi untuk Penemuan Mars), diarahkan ke permukaan Mars selama orbit. Instrumen ini termasuk spektrometer ultraviolet dan terlihat, atau UVIS.
Berharap menemukan sinar hijau, mereka mengarahkan instrumen untuk mendapatkan pandangan “tajam” tentang Mars dan memindai pada ketinggian berbeda dua kali per orbit antara 24 April dan 1 Desember 2019. Ketinggiannya berkisar antara 20 hingga 400 kilometer (12,4 hingga 249) mil) dari permukaan planet ini.
Cahaya hijau tanda ditemukan di semua data yang dikumpulkan selama ini – dan suatu prestasi yang mengesankan untuk pengorbit, mengingat bahwa atmosfer Mars pada siang hari bersinar jauh lebih terang daripada di malam hari dan membuat cahaya hijau lebih sulit untuk dideteksi, kata para peneliti.
“Emisi itu terkuat pada ketinggian sekitar 80 kilometer dan bervariasi tergantung pada jarak yang berubah antara Mars dan Matahari,” kata Ann Carine Vandaele, rekan penulis penelitian dan peneliti utama NOMAD di Institut Royal d’Aéronomie Spatiale de Belgique di Belgia, dalam sebuah pernyataan.