Home News Ahli Buka Suara soal Surabaya Bisa Jadi Wuhan Terkait Corona

Ahli Buka Suara soal Surabaya Bisa Jadi Wuhan Terkait Corona

by Papua Damai
Ahli Buka Suara soal Surabaya Bisa Jadi Wuhan Terkait Corona

Ahli Buka Suara soal Surabaya Bisa Jadi Wuhan Terkait CoronaIlustrasi virus corona. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Jakarta, CNN Indonesia — Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyatakan jumlah kasus Covid-19 di Surabaya masih jauh lebih rendah dari kasus yang ditemukan di Kota Wuhan, China, kota pertama kali ditemukannya kasus Covid-19.

Namun dia mengatakan Surabaya saat ini dalam kondisi tidak aman karena jumlah kasusnya terus mengalami peningkatan dibandingkan daerah lain.

“Surabaya memang dalam situasi tidak aman dan (kasus) cenderung meningkat,” ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/5).

Dicky mengatakan faktor yang membuat Surabaya tidak aman adalah karena adanya klaster-klaster yang timbul akibat mudik lembaran kemarin. Selain itu, dia melihat sebagian masyarakat Surabaya belum memiliki kesadaran atas bahaya Covid-19.

Lebih lanjut, Dicky menuturkan angka reproduksi atau R0 di Surabaya masih sebesar 1,6. Sedangkan di Wuhan, dia menyampaikan R0 mencapai 3 sampai 5.

“Bahwa (Surabaya) akan seperti Wuhan, saat ini belum karena angka reproduksinya masih 1,6,” ujarnya.

Di sisi lain, Dicky menjelaskan R0 merupakan angka reproduksi suatu penyakit menular. Semakin tinggi angkanya, dia menyampaikan akan semakin menular.

“R0 yang terkendali adalah yang mendekati nol,” ujar Dicky.

Dicky menambahkan new normal yang disampaikan oleh pemerintah hanya efektif dan bisa dilaksanakan jika tetap konsisten melakukan intervensi pandemi melalui testing tracing, serta isolasi secara masif dan agresif.

Selain itu, keberadaan dan kejelasan strategi nasional dan daerah yang komprehensif dalam penanganan pandemi Covid-19 juga menjadi hal penting agar posisi dan peran new normal dalam bekerja, sekolah, pelayanan dan lainnya akan terlihat jelas, sekaligus dapat terus dimonitor dan dievaluasi perkembangannya.

“Bila intervensi mengendur dan pelaksanaan Pola Baru tidak didukung keberadaan aturan, kegiatan, dan sarana yang diperlukan maka potensi terjadinya kluster baru dan penambahan kasus kesakitan yang dapat berujung kematian sangat mungkin terjadi,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dr Joni Wahyuhadi mengkhawatirkan kondisi penularan corona di wilayah Surabaya Raya. Surabaya bahkan disebut berpotensi menjadi Kota Wuhan, China, tempat pertama kali corona ditemukan dan mewabah.

Pasalnya sebesar 65 persen pasien Covid-19 di Jatim, disumbang oleh tiga daerah yakni Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.

“65 persen Covid-19 ada di Surabaya Raya, ini tidak main-main kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya bisa jadi Wuhan,” kata Joni, di Surabaya, Rabu (27/5).

Maka itu, Joni mengatakan saat ini pihaknya sedang fokus untuk menurunkan rate of transmission (tingkat penularan) Covid-19, terutama di Surabaya yang saat ini masih mencapai angka 1,6.

“Artinya ketika ada 10 orang [terinfeksi Covid-19] dalam satu minggu [bertambah] jadi 16 orang,” ujarnya.

Tak hanya itu, kini kata Joni, Case Fatality Rate (CFR) atau tingkat kematian di Jatim juga sudah mencapai rasio sebesar 10 persen. Untuk menekan itu pihaknya pun melakukan sejumlah upaya.

Salah satunya yakni melakukan clinical research mulai penggunaan Avigan, Terapi Plasma Convalescent, ataupun Aspirin. Joni mengatakan, Menteri Kesehatan telah memerintahkan kepadanya untuk menggunakan obat tertentu seperti pemakaian aspirin.

(jps/DAL)

[Gambas:Video CNN]

Read More

Related Posts