Jakarta (PAPUANESIA.ID) – Guru Besar Teknik Lingkungan ITB Prof. Enri Damanhuhri menilai pengelolaan sampah di dekat kawasan wisata perlu diupayakan salah satunya dengan cara membangun kolaborasi bersama pihak swasta, terutama dalam proses membangun infrastruktur dan fasilitas terkait.
Ketika terlibat dalam pembangunan bank sampah IAS (Indah, Asri, Serasi) Toba pada 2020, Enri mengatakan dirinya menjalin kolaborasi bersama perusahaan swasta dengan mengirimkan akademisi untuk mempelajari pengelolaan bank sampah.
Selain itu, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan industri daur ulang yang berlokasi di sekitar Toba untuk menyalurkan hasil sampah yang dikelola IAS Toba.
“Itu adalah suatu bentuk kerja sama yang bukan main. Kalau tidak ada dua perusahaan itu, mungkin bank sampah IAS Toba mungkin bisa mati suri dan ini akan terjadi di tempat lain,” katanya dalam webinar pada Selasa.
Ia menilai bahwa fasilitas bank sampah yang tersebar di luar pulau Jawa merupakan ujung tombak dalam pengumpulan sampah, mengingat jumlah pemulung sampah tidak sebesar seperti di pulau Jawa.
Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya seluruh pihak untuk terus mendampingi warga yang merintis bank sampah, seperti di sekitar kawasan wisata Danau Toba.
“Jangan hanya membangun kemudian meninggalkan, jangan hanya membina kemudian meninggalkan. Mari kita terus dampingi mereka,” tuturnya.
Ia menilai pada dasarnya warga Toba telah memiliki kesadaran yang tertanam untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan di Danau Toba sehingga kebersihan kawasan wisata tersebut dapat terjaga.
Jika dibandingkan dengan Labuan Bajo, misalnya, Enri berpendapat bahwa destinasi Danau Toba masih relatif bersih.
“Saya memahami bahwa mereka sangat kekurangan sekali dalam fasilitasnya. Tetapi setelah tim mengobrol dengan warga, saya menangkap bahwa sebagian besar terutama yang berada di sekitar Toba Samosir misalnya itu mempunyai pendapat jangan buang sampah atau plastik ke danau,” kata Enri.
Meski di sekitar Toba hanya memiliki sedikit tempat pembuangan akhir (TPA) yang beroperasi dan sedikit pemulung, keterbatasan tersebut menurut Enri tidak membuat warga beserta pemuda setempat berhenti berjuang untuk mengelola sampah dengan baik.
“Itu masalah besar yang dihadapi oleh warga dan pemuda di sana bagaimana mereka menangani sampahnya dengan fasilitas yang terbatas,” tutur Enri.
Selain memberdayakan warga melalui bank sampah, ia berpendapat bahwa edukasi dan penegakan hukum juga perlu untuk terus dilakukan secara berkelanjutan sehingga kesadaran mengenai isu lingkungan pada warga dapat tercipta.
“Saya kira bersamaan harus dijalankan. Edukasi mungkin jangka panjang karena tidak akan sekaligus tercapai. Tapi pada saat yang bersamaan, kita membutuhkan law enforcement paling tidak dalam bentuk Satpol PP meski memang konsistensinya bergantung dari kebijakan dari pemerintah setempat,” katanya.
Sumber: [1]