Kematin George Flyod telah menyulut kerusuhan di AS.
REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES — Kerusuhan sipil semakin berkobar saat para demonstran turun ke jalan untuk melampiaskan kemarahan atas kematian seorang pria kulit hitam, George Flyod di tangan polisi Minneapolis. Aksi unjuk rasa yang tak sedikit berujung rusuh itu telah digelar selama lima hari berturut-turut di kota-kota besa Amerika Serikat (AS).
Dari Los Angeles, Miami, lalu Chicago protes dipekikan dengan teriakan “Aku tidak bisa bernapas”. Seruan itu menggemakan kata-kata sekarat George Flyod.
Awalnya demonstrasi berjalan damai sebelum berbelok ketika para demonstran memblokir lalu lintas, membakar dan bentrok dengan polisi antihuru hara. Polisi pun menembakkan beberapa gas air mata dan peluru plastik dalam upaya memulihkan ketertiban.
Demonstrasi yang menentang tindakan rasialis aparat ini, membanjiri jalan-jalan. Unjuk arasa memicu krisis di AS di tengah pandemi Covid-19 yang telah menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan secara tidak proporsional memengaruhi komunitas minoritas. “Kehidupan hitam itu penting,” teriak mereka.
Sejumlah demontran juga bergerak ke Gedung Putih. Di sana mereka berhadapan dengan polisi yang membawa perisai, beberapa menunggang kuda.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, jika para pengunjuk rasa melanggar batas, maka mereka akan disambut dengan anjing-anjing paling ganas Gedung Putih dan senjata yang paling tidak menyenangkan.
Sementara itu Minnesota National Guard untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua diaktifkan penuh setelah empat malam pembakaran, penjarahan dan perusakan di beberapa bagian Minneapolis, kota terbesar di negara bagian itu, dan ibu kotanya yang berdekatan, St. Paul.
Gubernur Minnesota Tim Walz mengatakan, pengguaan kekuatan itu perlu karena provokator dari luar memakai protes atas kematian Floyd untuk menabur kekacauan. “Kami diserang,” ujar Walz, gubernur masa jabatan pertama yang dipilih dari Partai Demokrat-Petani-Buruh Partai Minnesota.
Jam malam yang diberlakukan di beberapa kota besar karena Covid-19 diguncang oleh aksi unjuk rasa dalam beberapa hari terakhir, termasuk Atlanta, Los Angeles, Philadelphia, Denver, Cincinnati, Portland, Oregon, dan Louisville, Kentucky. Protes juga berkobar di Dallas, Chicago, Seattle, Salt Lake City dan Cleveland pada Sabtu (30/5) waktu setempat.
Dalam langkah luar biasa, Pentagon mengatakan pihaknya menempatkan unit militer dalam siaga empat jam dan siap jika diminta oleh gubernur Minnesota membantu menjaga perdamaian. Unit Garda Nasional juga dimobilisasi oleh gubernur Ohio, Missouri, Wisconsin dan Tennessee.
Kerusuhan dipicu oleh kematian Floyd yang terlihat di video sedang terengah-engah, sementara seorang perwira polisi kulit putih sedang berlutut di lehernya. Petugas polisi bernama Derek Chauvin akhirnya ditangkap dan didakwa melakukan pembunuhan dan pembunuhan tingkat tiga.
Sedangkan tiga polisi lain yang terlibat dalam kematian Floyd dipecat sebelum penangkapan Chauvin. Jaksa Agung, William Barr, Departemen Kehakiman, termasuk FBI, akan melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Persepektif Republika.co.id, Klik di Sini