KOMPAS.com – Publik di India meluapkan kemarahannya atas ketegangan di perbatasan dengan menyerukan boikot produk buatan China. Salah satu barang China yang jadi sasaran boikot yang paling nyaring digaungkan adalah smartphone.
Tak cuma boikot produk made in China, pemerintah India juga tengah mewacanakan perang dagang dengan China. Pemerintah New Delhi berencana memberlakukan hambatan perdagangan yang lebih tinggi dan menaikkan bea impor pada sekitar 300 produk dari China.
Boikot produk seperti smartphone bisa dipahami, mengingat India jadi pasar penting produsen-produsen ponsel asal Negeri Tirai Bambu.
Empat dari lima merek handphone yang penjualannya paling laris di India berasal dari China. Samsung yang berasal dari Korea Selatan, jadi satu-satunya merek non-China yang berada di urutan 5 besar tersebut.
Baca juga: India Bukan Tandingan China dalam Perang Dagang
Direktur Riset Canalys Rushabh Doshi mengatakan, memboikot produk China terutama smartphone sangat mudah diucapkan, namun bakal sulit dilakukan.
Menurut dia, sentimen anti-produk China hanya akan bertahan beberapa minggu saja. Ini lantaran konsumen smartphone di India tak memiliki banyak opsi. Memilih merek handphone lain, sama saja harus membayar harga lebih mahal dengan kualitas yang belum tentu sebaik produk China.
“Dalam jangka pendek, tidak akan ada dampak apa pun karena orang harus membeli handphone. Di sisi lain mayoritas handphone di pasar itu berasal dari Cina,” kata Doshi seperti dikutip dari Indian Express, Senin (22/6/2020).
Sentimen anti produk China sebenarnya bukan hal baru di India. Kendati begitu, penetrasi pembuat ponsel asal China terus menguat, menjangkau konsumen semua umur di India, dari kelas miskin hingga masyarakat kelas atas pengguna ponsel premium.
Baca juga: Kemarahan Warga India dan Sulitnya Melepas Ketergantungan HP China
Setali tiga uang, Direktur Riset IDC India, Navkendar Singh, sependapat kalau konsumen di India tak miliki banyak opsi jika memilih untuk tidak membeli ponsel pintar besutan perusahaan-perusahaan China.
Harga yang murah namun dengan spesifikasi mumpuni, membuat smartphone dari pabrikan China sulit tergantikan posisinya di India, terutama di kalangan masyarakat menengah dan menengah ke bawah.