Tahukah Anda bahwa kanguru tidak hanya ada di Australia? Mamalia berkantung ini juga mendiami Indonesia, khususnya Pulau Papua, dengan enam spesies kanguru pohon yang berbeda. Salah satu di antaranya adalah dingiso atau juga dikenal dengan nama bondegezou. Meskipun tidak sepopuler burung kasuari atau cenderawasih, dingiso (Dendrolagus mbaiso) merupakan hewan langka yang patut diperhatikan.
Habitat dan persebaran dingiso cukup misterius dan sulit untuk dilacak. Populasinya ditemukan di Barisan Sudirman, Provinsi Papua Tengah, serta Taman Nasional Lorentz. Mereka biasanya berada di semak belukar dan hutan pegunungan dengan ketinggian 3.200-4.400 meter di atas permukaan laut.
Dilihat dari segi fisik, dingiso memiliki kesamaan dengan kanguru terestrial di Australia, meskipun ukurannya lebih kecil. Rata-rata, panjang tubuhnya berkisar antara 52-81 cm dengan panjang ekor 40-94 cm, dan bobot 6,5-14,5 kg. Bulunya didominasi oleh warna hitam, terutama pada kepala, punggung, tangan, dan kaki, dengan beberapa bagian tubuh berwarna putih.
Meskipun disebut kanguru pohon, dingiso sering menghabiskan waktu di daratan daripada di pepohonan. Mereka memiliki kemampuan melompat yang terbatas dan ekornya tidak sepanjang kanguru pohon lainnya. Selain itu, mereka memiliki benjolan di kaki yang mirip dengan spesies kanguru lainnya, yang mengindikasikan peralihan dari kehidupan di pepohonan ke kehidupan di daratan.
Bagi Suku Moni di Papua, dingiso memiliki makna kultural yang sangat penting. Mereka menganggap dingiso sebagai leluhur mereka dan melarang berburu atau mengonsumsinya. Nama “mbaiso” yang diberikan oleh suku tersebut bahkan menjadi bagian dari nama ilmiah dingiso, Dendrolagus mbaiso. Keberadaan dingiso secara ilmiah baru diakui pada tahun 1995 oleh seorang zoologis Australia, Tim Flannery, dan koleganya.
Sayangnya, populasi dingiso terus menurun akibat aktivitas manusia. Meskipun dilindungi oleh Suku Moni, dingiso masih diburu oleh beberapa komunitas adat untuk konsumsi dan upacara. Ancaman lainnya termasuk perubahan iklim dan hilangnya habitat akibat perluasan populasi manusia. Perkiraan menunjukkan bahwa populasi dingiso telah berkurang lebih dari 80% dalam tiga dekade terakhir, sehingga IUCN menetapkan statusnya sebagai “terancam punah”.
Kurangnya informasi dan kesadaran mengenai dingiso membuatnya rentan terhadap kepunahan. Namun, sebagai bagian dari keanekaragaman hayati Papua yang unik, dingiso membutuhkan perhatian dan perlindungan lebih lanjut agar tetap lestari di alam liar.