epaselect epa08444974 Masker wajah yang dibuang di jalan raya di Roma, Italia, (26/5). Italia memiliki angka kematian tertinggi ketiga di dunia akibat virus Covid-19, dengan 33.415 orang meninggal sejak wabah itu terungkap pada 21 Februari.
Foto: EPA-EFE / GIUSEPPE LAMI
Pemerintah Italia mendesak agar para ahli tetap mengedepankan kehati-hatian.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Coronavirus baru tidak berpotensi muncul atau mungkin tidak terlalu mematikan. Hal itu dikatakan oleh seorang dokter senior Italia, Alberto Zangrillo.
“Pada kenyataannya, virus Covid-19 secara klinis tidak lagi ada di Italia,” kata Zangrillo yang juga menjabat kepala Rumah Sakit San Raffaele di Milan di wilayah utara Lombardy, salah satu RS rujukan utama Covid-19.
Menurut Zangrillo, tes swab yang dilakukan selama 10 hari terakhir menunjukkan viral load secara kuantitatif sangat kecil dibandingkan dengan yang dilakukan sebulan atau dua bulan lalu.
Italia memiliki angka kematian tertinggi ketiga di dunia akibat virus Covid-19, dengan 33.415 orang meninggal sejak wabah itu terungkap pada 21 Februari. Italia juga memiliki jumlah kasus global keenam tertinggi dengan 233.019 kasus positif.
Namun infeksi baru dan angka kematian telah menurun sejak bulan Mei. Kini Italia juga mulai melonggarkan kebijakan lockdown yang sebelumnya diterapkan di beberapa wilayah.
Zangrillo mengatakan beberapa ahli terlalu khawatir tentang prospek gelombang kedua infeksi dan politisi perlu memperhitungkan kenyataan baru. “Kita harus kembali menjadi negara normal,” kata Zangrillo.
Namun demikian, pemerintah Italia mendesak agar para ahli tetap mengedepankan kehati-hatian. Terlalu dini untuk mengklaim kemenangan atas virus Covid-19.
“Menunggu bukti ilmiah untuk mendukung tesis bahwa virus telah hilang. Saya akan mengundang mereka (ahli) agar tidak membingungkan masyarakat Italia,” kata wakil Kementerian Kesehatan Italia, Sandra Zampa, dilansir Reuters pada Senin (1/6).
“Kita seharusnya mengajak orang Italia untuk menjaga kewaspadaan maksimum, menjaga jarak fisik, menghindari kelompok besar, sering mencuci tangan dan memakai masker,” tambah Zampa.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Persepektif Republika.co.id, Klik di Sini