Gerhana matahari cincin yang terlihat di Siak, provinsi Riau, 26 Desember 2019. Fenomena gerhana matahari cincin merupakan fenomena langka yang terakhir kali melewati Indonesia pada 22 Agustus 1998 dan 26 Januari 2009.
| Sumber Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
SUKABUMIUPDATE.com – Bulan berganti, sejumlah fenomena astronomi masih akan ‘menghibur’ manusia di Bumi. Setelah Mei lalu diwarnai peristiwa komet dan hujan meteor, pada Juni ini giliran gerhana matahari cincin bisa ‘dinikmati’ para pecinta langit.
Bukan itu saja, Pusat Sains Antariksa dan Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mendaftarkan sejumlah fenomena lain yang akan terjadi sepanjang bulan ini. Penjelasan diberikan melalui akun resmi Instagram-nya pada 30 Mei 2020.
Total ada enam fenomena astronomi yang bisa diamati. Sebagian terjadi pada hari yang bersamaan. Simak penjelasannya berikut ini dikutip dari @pussains_lapan.
21 Juni: Fase Bulan baru dan gerhana Matahari cincin
Dalam fase Bulan baru, Bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam. Fase ini terjadi pada pukul 23.42 WIB. Ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamati benda-benda redup seperti galaksi dan gugusan bintang karena tidak ada cahaya Bulan yang mengganggu.
Sedang gerhana Matahari cincin terjadi ketika Bulan terlalu jauh dari Bumi sehingga tidak sepenuhnya menutupi Matahari. Ini menghasilkan bulatan cincin cahaya di sekitar Bulan yang gelap, dan korona Matahari tidak akan terlihat selama gerhana cincin.
Jalur gerhana akan dimulai di Afrika Tengah dan akan bergerak melalui Arab Saudi, India, dan Cina Selatan sebelum berakhir di Samudera Pasifik. Gerhana Matahari cincin akan terlihat di sebagian Afrika Timur, Timur Tengah dan Asia Selatan.
22 Juni: Soltice Juni dan konjungsi Bulan-Merkurius
Titik balik Matahari Juni (Soltice Juni) akan terjadi pada pukul 04.44 WIB. Kutub utara Bumi akan condong ke arah Matahari, yang akan mencapai posisi paling utara di langit dan berada di atas garis balik utara pada 23,44 derajat lintang utara. Ini adalah hari pertama musim panas (soltice musim panas) di belahan Bumi utara dan hari pertama musim dingin (soltice musim dingin) di belahan Bumi selatan.
Sementara konjungsi Bulan-Merkurius puncaknya akan terjadi pada pukul 17.15 WIB. Namun Bulan dan Merkurius akan sulit terlihat ketika Matahari masih berada di atas ufuk, sebab cahaya pantulan Bulan dan Merkurius kalah terang dibandingkan dengan cahaya Matahari.
Fenomena konjungsi ini bisa dinikmati ketika Matahari sudah terbenam di arah barat laut. Bulan-Merkurius berdekatan ini terletak di Rasi Gemini, tapi cukup sulit mengamati Merkurius dengan mata telanjang.
28 Juni: Bulan fase perbani awal
Fenomena ini terjadi pada pukul 15.16 WIB pada jarak 369.921 kilometer dari pusat Bumi. Pada saat itu Bulan, Bumi, dan Matahari akan membentuk sudut 90 derajat atau sudut siku-siku. Bulan akan terbit ketika tengah hari dan berkulminasi ketika Matahari terbenam sehingga kita dapat menyaksikan penampakan Bulan ini sebelum Matahari terbenam hingga tengah malam ketika Bulan terbenam.
30 Juni: Bulan berada di titik terjauh Bumi (Perige)
Fenomena astronomi ini akan terjadi pada pukul 09.20 WIB pada jarak 368.996 kilometer dari pusat Bumi. Bulan akan tampak lebih besar jika diamati dari Bumi dengan lebar sudut 32,4 menit busur.
sumber: tempo.co
E-mail Redaksi : sukabumiupdateredaksi@gmail.com
E-mail Marketing : marketingsukabumiupdate@gmail.com