KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pandemi corona atau Covid-19 membuat banyak orang was-was, cemas, khawatir jika terjangkit corona. Kecemasan yang berlebihan bisa mempengaruhi daya tahan tubuh. Tubuh yang semula baik-baik saja menjadi lebih rentan masuknya virus, termasuk corona atau Covid-19, padahal sangat mungki itu adalah gejala palsu.
Dokter dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Rudi Putranto, Minggu (21/6) mengatakan,masyarakat ada baiknya mengetahui gejala-gejala palsu atas Covid-19.
Menurutnya, gejala palsu Covid-19 akibat kecemasan berlebihan terhadap virus corona. Badan menjadi terasa demam, panas, hingga gampang lelah. Kata dia, bisa jadi itu semua adalah gejala palsu Covid-19.
Gejala palsu ini disebut psikosomatik, yakni kecemasan berlebih atas virus corona. Gejala ini mirip dengan gejala orang yang positif Covid-19. Padahal, kecemasan seseorang bisa hilang dengan sendirinya jika orang tersebut menenangkan diri dan merelaksasi tubuhnya.
Gangguan psikosomatik akibat Covid-19 bisa terjadi apabila seseorang terlalu banyak menerima informasi negatif dan menjadi cemas berlebihan.
Rudi mengatakan, otak manusia lebih mudah menerima dan menyimpan hal-hal negatif ketimbang hal-hal positif. “Pada waktu kita mendapat informasi maka otak akan mengolah informasi tersebut. Informasi itu akan menstimulasi hormon stres dan hormon yang lain dan akan merangsang ke organ tubuh,” jelas Rudi.
Hormon stres kemudian bisa merangsang organ tubuh lain seperti jantung yang berdetak lebih cepat, paru-paru yang menjadi sesak, perut yang sakit, cepat lelah, hingga merasakan demam padahal suhu tubuh normal. Walhasil, ini membuat daya tahan tubuh menurun yang menyebabkan lebih mudah terserang penyakit.
Lantas bagaimana cara membedakan gejala palsu dan sesungguhnya? “Jika kita mendapati reaksi tubuh (tak enak dan tak nyaman menuju demam), kita harus menyadari itu dengan istirahat sebentar dan relaksasi. Reaksi tersebut bisa hilang jika memang hanya psikosomatik,” kata Rudi dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta yang Kontan pantau melalui kanal YouTube, Minggu, (21/6)
Gejala psikosomatis adalah perubahan psikologis seseorang yang akan memengaruhi kondisi fisik bila tubuh tidak bisa beradaptasi. Gangguan psikosomatik ini bisa terjadi pada orang yang sehat kemudian menjadi merasakan seperti sakit, atau orang yang sakit ringan.
Rudi mengatakan, bahwa tidak hanya orang sehat, setiap individu yang sudah memiliki gangguan kesehatan bawaan seperti hipertensi dan diabetes pun bisa mengalami gejala psikosomatik dan mempengaruhi kesehatannya.
“Psikosomatik bisa memicu penyakit yang sudah ada, bagi yang memiliki darah tinggi bisa menjadi tidak terkontrol, yang memiliki diabetes gula darahnya bisa tidak terkontrol,” kata dia.
Oleh karena itu, Rudi pun menyarankan masyarakat agar membatasi informasi mengenai Covid-19, misal sehari hanya dua kali atau tidak lebih dari 30 menit. Selain itu, biasakan mendapatkan info resmi dari sumber terpercaya agar membantu memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi.
Dengan memahami situasi yang ada, masyarakat bisa melakukan hal-hal pencegahan untuk menghindari penularan. Di samping itu juga lakukan hobi atau kegiatan yang disukai, atau mendengarkan musik yang menenangkan untuk memperbaiki kesehatan mental.