TIMIKA | Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabuapten Mimika bersama Reskrim Polres Mimika mengecek kiriman minyak goreng di Pelabuhan Pomako, Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Kamis (24/3/2022).
Saat mengecek, tim mendapatkan 4 empat kontainer minyak goreng yang masih tersegel dan belum disalurkan ke distributor di Kota Timika.
Empat kontainer berisi sekitar 80 ton lebih yang baru dua hari lalu dibongkar dari kapal.
“Sekitar 4 kontener (di Pomako) Masih di segel. Memang baru dua hari turun dari kapal. Kita akan tetap cari tau kenapa tidak didorong ke Timika,” kata Kabid Perdagangan Disperindag, Selfina Pappang di Pomako.
Ia berharap agar minyak goreng yang sudah ada di Pomako segera disalurkan ke pasaran sebab dengan kuota tersebut bisa membantu menjaga kelangkaan minyak goreng.
Dijelaskan sekarang minyak goreng yang ada di gudang distributor rata-rata mengalami kekosongan. Yang ada hanya kemasan kecil. Di Timika ada sekitar 8 Distributor minyak goreng.
Selfina mengatakan sekitar 3 hari lalu, persediaan masih ada 10 ton lebih namun sudah tersalurkan ke pasaran.
“Jadi untuk update hari ini sudah habis. Tapi katanya belum pasti, ada yang sudah didorong ke kota tadi. Di gudang-gudang sampai update kemarin itu menang rata-rata kosong,” katanya.
Pihak Disperindag awalnya telah melakukan pemeriksaan di gudang-gudang distributor. Sehingga mereka turun ke Pomako untuk lebih memastikan terkait stok minyak goreng.
“Dari Desember kita punya packing list yang sekarang kita masih telusuri (masalah minyak goreng) tapi rata-rata setelah dikroscek datanya ke pihak ekspedisi juga rata-rata sebagian besar sudah dibawa kembali (kontainer). Kalau sudah dibawa kembali ke Surabaya artinya sudah dibongkar isinya (kontainernya) karena sudah disalurkan,” jelasnya.
Disinggung mengenai adanya dugaan penimbunan, Selfina menerangkan rata-rata gudang distributor yang telah dicek oleh Disperindag memang mengalami kekosongan namun ada yang telah menyampaikan kepada pihak Disperindag bahwa nanti akan ada stok yang baru dalam proses pengiriman.
“Hari ini juga ada sekitar 4 kontainer lagi yang mau masuk, itu rata-rata standar 20 ton (per kontainer) tapi mungkin tidak full sekali, tergantung kemasan, dan cara aturnya di dalam kontainer,” jelasnya.
Selfina mengatakan kebutuhan normal minyak goreng di Timika sifatnya fluktuatif sekitar 300an ton per bulan.
Namun, Mimika merupakan kabupaten penyangga untuk beberapa kabupaten sekitar sehingga kadang dilakukan pengiriman ke Nduga dan wilayah lainnya.
“Kita kan pelabuhan penyangga jadi kita tidak bisa juga membatasi saudara-saudari kita dari kabupaten lain untuk mengakses itu. Karena memang tidak dijatah per Kabupaten,” ujarnya.
Mengenai harga, Disperindag terus melakukan komunikasi dan pengecekan ke dostributor.
“Makanya kita turun terus di lapangan mengecek jangan sampai ada penimbunan. Harga minyak sejak subsidi dicabut berlaku untuk mekanisme pasar. Bisa saja lebih mahal kalau langka,” jelasnya.
Dijelaskan awalnya kelangkaan bukan karena penimbunan, namun karena suplay dari pabrik.
“Itu komunikasi kami dengan distributor, memang dijatah dari pabrik. Sebelum berlaku subsidi berapa saja yang diorder itu dikirimkan, tapi sekarang masih masuk dalam daftar tunggu, jadi berkurangan pasokan minyak goreng di lapangan itu oleh karena dibatasi dari pabrik,” ucapnya.
Saat ini minyak goreng di pasaran tidak terlalu banyak jenisnya. Paling mahal Rp30 ribu perliter jika sudah dipasarkan. Namun untuk harga distributor adalah Rp 26.500 per liter.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Papuanesia.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Umum
Gudang Kosong, Empat Kontainer Berisi Minyak Goreng Masih Tersegel di Pomako
Sumber: [1]