Home News Harga Kedelai Melonjak, Penjual Tempe dan Tahu di Timika Menjerit Minta Subsidi – Papuanesia.id

Harga Kedelai Melonjak, Penjual Tempe dan Tahu di Timika Menjerit Minta Subsidi – Papuanesia.id

by Papuaku
Harga Kedelai Melonjak, Penjual Tempe dan Tahu di Timika Menjerit Minta Subsidi - seputarpapua.com

TIMIKA | Harga kedelai mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan ini telah dirasakan oleh pedagang tempe dan tahu Mimika sejak awal Covid-19 mulai melanda Indonesia.

Dimana sebelum adanya Covid-19 harga kedelai masih normal sekitar Rp422 ribu per 50 kilogram. Harganya semakin melonjak hingga saat ini menjadi Rp750.

Melonjaknya harga kedelai menyebabkan para pedagang di Mimika terpaksa bersepakat untuk mensiasati harga tempe dan tahu. Dimana awalnya tempe berukuran kecil dari pabrik dijual 12 bungkus seharga Rp10 ribu, kini dikurangi menjadi 10 bungkus seharga Rp10 ribu.

Sementara yang ukuran sedang dijual 8 bungkus Rp10 ribu sekarang dikurangi hanya 7 bungkus. Untuk yang ukuran besar biasanya 3 bungkus Rp10 ribu kini dijual per bungkusnya Rp4 ribu.

Tahu sebelumnya Rp2 ribu perpotong, kini harganya dinaikan menjadi Rp2.500 per potong.

“Memang berat sih, maunya pemerintah memperhatikan, kaya rakyat kecil begini kalau bisa disubsidilah (kedelai). Semua pedagang tahu tempe kayanya menjerit betul, cuman mempertahankan usaha saja, kalau di lihat keuntungan itu kayanya sejak corona sampai sekarang, tipis lah, boleh dikatakan untuk putaran saja,” kata Mariatun, pemilik Pabrik Tahu Sumedang yang beralamat di Jalan Berdikari, Lorong SMA Taruna, Rabu (30/3/2022).

Mariatun menjelaskan kedelai yang digunakan untuk membuat tempe dan tahu dikirim dari Surabaya. Biasanya ia pesan per kontener. Harga normalnya Rp180 juta per kontener kini naik hingga Rp307 juta.

“Bagaimana tidak menjerit. Kaya kita bagi dengan pembayaran ekspedisi lagi biasanya Rp18 juta, sekarang naik Rp21,4 juta. Termasuk cuka (bahan biang tempe) awalnya Rp800 ribu per jerigen, sekarang Rp1.350.000 per jerigen,” katanya.

Menurutnya, sejak Covid melanda, harga bahan kedelai sudah mengalami kenaikan secara perlahan. Pedagang sudah sering mesiasati dengan mengecilkan ukuran tempe maupun tahu namun tetap saja tidak bisa menutupi biaya belanja. Sehingga disepakati untuk harga tempe dan tahu dinaikan.

“Pokoknya mulai naik pelan-pelan dari awal corona. Sampai kaya tidak bisa dikendalikan. Saat ini, kita bertahan saja harus bagi untuk gaji karyawan, juga putar untuk beli bahan baku,” ujarnya.

Mariatun yang sejak 2002 merintis usaha Tahu Tempe, mengatakan ia biasa memproduksi tempe dan tahu 1 quintal (100 kilogram) perhari sementara di Mimika kurang lebih 30 pengusaha tempe tahu yang produksinya bervariasi bahkan ada yang 10 ton perhari sehingga membutuhkan kedelai yang banyak.

“Itu kalau ramai, kalau sepi yah tidak sampai 3 quintal, karena sudah banyak orang yang produksi. Sekarang ini awalnya saya tidak pernah pinjam di bank sampai kemarin itu terpaksa saya pinjam ke bank karena keadaan hasil penjualan kalau dibandingkan dengan harga kedelai yang melonjak itu tidak sebanding sebenernya,” ujarnya.

Sementara itu, Mujiati seorang pedagang tempe tahu di Pasar Sentral mengaku merasa berat selain harga kedelai yang melonjak juga harga kontener yang mencekik.

“Saya minta Bupati dan Wabup tolong harga kontener ini dibantu agar bisa turun sedikit biar pedagang tahu tempe jangan kesulitan. Harga Kontenernya kasihan melonjak,” ujarnya.

Ia juga meminta agar pihak Disperindag bisa turun ke lapangan dan mendengar keluh kesah dari para pedagang tempe tahu agar bisa mendapatkan solusi.

“Tolong pemerintah bantu kami pedagang kecil,” ucapnya.

Harga tempe dan tahu di pasar pun mengalami kenaikan, dimana tempe yang berukuran sedang 3 bungkus Rp5 ribu, tahu juga seharga Rp2.500 per potong. Bahkan ukuran tempe pun semakin diperkecil.

“Saya minta biar kepala dinas perdagangan turun jelaskan. Tolong kontenernya (harga) kita minta bantu,” ucapnya.

Meskipun harga tempe dan tahu mengalami kenaikan namun warga masih tetap membeli baik dikonsumsi dalam rumah tangga maupun untuk usahan di warung makan.

“Orang memang tidak mengeluh tapi makin lama bisa berimbas ke pedagang makanan,” pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Papuanesia.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Ekonomi
Harga Kedelai Melonjak, Penjual Tempe dan Tahu di Timika Menjerit Minta Subsidi

Sumber: [1]

Related Posts