shutterstockIlustrasi vaksin imunisasi.
SARABURI, KOMPAS.com – Thailand dilaporkan menggelar tes terhadap monyet jenis makaka, dalam rangka menciptakan vaksin virus corona yang murah.
Lebih dari 100 kandidat vaksin tengah dikembangkan di seluruh dunia, dengan delapan di antaranya diujicobakan ke manusia, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Peneliti di Universitas Oxford bisa dibilang terdepan, mengadakan uji klinis April lalu pada versi vaksin berdasarkan beberapa virus yang menginfeksi simpanse.
Baca juga: AS Janjikan Vaksin Virus Corona Bakal Dibagikan ke Seluruh Dunia
Uji coba terhadap 13 ekor monyet makaka itu dilakukan oleh Pusat Penelitian Primata Nasional, dan digelar pada Sabtu pekan lalu (23/5/2020).
Dr Suchinda Malaivitjitnond, direktur lembaga itu, menuturkan dia berharap vaksin virus corona “Made in Thailand” bisa lebih murah daripada Eropa atau AS.
Peneliti mengemukakan, penyuntikkan obat terhadap makaka dilaksanakan setelah vaksin itu menunjukkan hasil bagus terhadap tikus, dilansir AFP Senin (25/5/2020).
Lembaga itu bekerja dengan Universitas Pennsylvania AS, dan menggunakan teknologi berbasis mRNA, material genetika baru yang belum pernah digunakan.
Proses itu menyuntikkan urutan pendek material genetika ke tubuh, tujuannya memicu respons imun dengan memproduksi protein untuk melawan patogen.
Cara itu sudah digunakan raksasa farmasi Pfizer dan Moderna, yang mengklaim mendapatkan hasil awal bagus saat digelar uji klinis pekan lalu.
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang melaporkan kasus virus corona pada pertengahan Januari. Namun hingga saat ini, mereka baru mencatatkan 3.000 kasus dan 57 kematian.
Jika penyuntikkan di tubuh monyet makaka sukses, maka tes terhadap manusia paling lambat bisa digelar pada Oktober mendatang.
Pernyataan itu disampaikan Dr Kiat Ruxrungtham, Ketua Pusat Penelitian Vaksin Chula yang berlokasi di Universitas Chulalongkorn.
“Impian kami adalah bisa bagaimana mereka yang berpendapatan menengah dan rendah tidak harus bergantung pada pembelit untuk menyelamatkan nyawa,” paparnya.
Baca juga: Bagaimana Perkembangan Vaksin Virus Corona?