Home News Ilmuwan soal Penanganan Corona: Jangan Bergantung pada Vaksin

Ilmuwan soal Penanganan Corona: Jangan Bergantung pada Vaksin

by Papua Damai
Ilmuwan soal Penanganan Corona: Jangan Bergantung pada Vaksin

Konten Redaksi kumparan

Cover story vaksin. Foto: Maulana Saputra/kumparan

Kehadiran vaksin merupakan salah satu harapan untuk menyelesaikan pandemi virus corona. Namun, ilmuwan ternama AS meminta dunia untuk jangan terlalu bergantung pada vaksin untuk bisa melonggarkan aturan pencegahan virus.

Menurut William Haseltine, seorang peneliti terkemuka di bidang kanker, HIV/AIDS dan genom manusia, pendekatan terbaik untuk mengendalikan virus corona saat ini adalah dengan pelacakan infeksi dan langkah-langkah isolasi yang ketat.

“Tidak hanya karena kita tak memilikinya (vaksin) sekarang. Mungkin kita bakal memilikinya, tapi kita tidak tahu pastinya” kata Haseltine dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Rabu (20/5). “Jangan andalkan itu (vaksin).”

Haseltine sendiri meminta orang-orang agar tidak percaya dengan politisi yang mengklaim vaksin virus corona bakal tersedia dalam waktu dekat. Dia juga meragukan apakah vaksin yang tersedia nanti bakal efektif untuk melindungi manusia dari virus tersebut.

Ilustrasi vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG). Foto: Shutter Stock

Haseltine menjelaskan, setiap vaksin virus corona sebelumnya yang dibuat–seperti vaksin SARS dan MERS–tidak begitu efektif dalam melindungi manusia. Sebabnya, kedua vaksin tersebut gagal melindungi selaput lendir di hidung tempat virus biasanya memasuki tubuh.

Meski demikian, Haseltine yakin bahwa virus corona dapat dikendalikan oleh manusia tanpa adanya vaksin ataupun obat.

“Kamu bisa mengontrol penyakit ini tanpa vaksin atau obat,” tegas Haseltine. “Kamu bisa mengontrolnya dengan tiga prinsip dasar: identifikasi mereka yang terinfeksi, identifikasi mereka yang terpapar, dan, hal yang tidak dilakukan AS, isolasi secara paksa semua orang yang terpapar.”

Dia memberi contoh bahwa China, Korea Selatan, dan Taiwan menggunakan strategi itu dan sukses. Adapun Amerika Serikat, Rusia, dan Brasil, kata dia, tidak melakukan cukup banyak “isolasi secara paksa” terhadap orang yang terpapar virus.

Docter Paul McKay melakukan riset di laboratorium Imperial College School of Medicine (ICSM), London, untuk menciptakan vaksin COVID-19. Foto: Tolga AKMEN / AFP

Haseltine juga menyinggung kabar terbaru yang dia ketahui mengenai vaksin dan obat virus corona.

Dia mengatakan, tes vaksin COVID-19 pada hewan telah mampu mengurangi jumlah virus dalam organ seperti paru-paru, tapi tak menghentikan penularannya.

Adapun soal obat, pasien COVID-19 telah mendapatkan plasma antibodi yang disumbangkan oleh orang-orang yang pulih dari penyakit tersebut. Dia menjelaskan, pembuat obat saat ini sedang bekerja memproduksi versi serum yang lebih sempurna.

Per Kamis (21/5), infeksi virus corona telah tembus 5,1 juta kasus di seluruh dunia. Sebanyak 330 ribu pasien COVID-19 meninggal, dengan catatan 2 juta orang sembuh.

Yuk, bantu donasi sekarang!

Read More

Related Posts