Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I hari Senin (22/6/2020) menguat tipis setelah laju pertumbuhan kasus corona di Tanah Air sedikit melambat, dengan pertumbuhan yang hanya sebesar 1,91% dan menjadi laju paling lemah sejak 1 Juni lalu.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 2,68 triliun, dengan investor asing jual bersih (net sell) sebesar Rp 208,51 miliar di semua pasar. Sementara volume transaksi tercatat 3,29 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 328.009 kali transaksi.
Saham-saham yang naik di antaranya saham PT Nusantara Properti Internasional Tbk (NATO) (16,17), PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) (9,84%), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) (6,71%), sedangkan PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) (6,59%) dan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) (6,01%).
Meski IHSG menguat tipis pada sesi I, namun volatilitas IHSG pada sesi I tercatat cukup tinggi, naik turun dalam waktu cepat. Sehingga pergerakan intraday IHSG hari ini, terlihat mirip transaksi valas.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pengubah keadaan di menit terakhir perdagangan sesi pertama pekan ini, dengan menguat 0,54% ke Rp 28.025/saham menyumbang 4,88 poin terhadap IHSG.
Demikian pula dengan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang menyumbang 1,94 poin kenaikan IHSG. Indofood CBP akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 15 Juli 2020 untuk meminta persetujuan atas akuisisi Pinehill Company.
Pada perdagangan sesi II IHSG terpantau masih bergerak volatil atau sideways, yang tercermin dari indikator BB yang menyempit.
Simak analisis teknikal di bawah ini.
Foto: Revinitif
Analisis Teknikal
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area support mencoba menyentuh level pivot, maka pergerakan selanjutnya berpeluang rebound terbatas dengan garis BB yang menyempit.
Untuk melanjutkan penguatan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level reistance selanjutnya yang berada di area 4.955 hingga area 4.975. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 4.930 hingga area 4.910.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berpotongan di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk koreksi.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI masih berada di area 42 dan terpantau bergerak turun, artinya pergerakan selanjutnya cenderung koreksi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator garis BB yang menyempit dan berada di area support mencoba menyentuh level pivot, maka pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan untuk naik terbatas bahkan cenderung sideways.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)