JAKARTA, Papuanesia.id – Kalibiru Warsambin adalah destinasi wisata di Kabupaten Raja Ampat. Terletak di pedalaman Papua, lokasi wisata ini menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan dengan suasana yang sangat asri.
Karena berupa sungai yang membentang cukup panjang, pengunjung biasanya akan menaiki perahu untuk menyusuri Kalibiru Warsambin. Bagi siapapun yang pernah mengunjunginya, pasti ingin kembali lagi di kemudian hari.
Adapun fakta mengenai Kalibiru Warsambin yang dilansir Papuanesia.id dari situs Direktori Pariwisata Indonesia pada Kamis (1/12/2022) adalah sebagai berikut.
Fakta Kalibiru Warsambin di pedalaman Papua
Keindahan Kalibiru Warsambin
Sebagaimana yang telah dijelaskan, Kalibiru Warsambin menyimpan panorama alam yang begitu cantiik. Terletak di tengah hutan, Anda akan dibawa menyusuri sungai yang airnya sangat jernih.
Saking jernihnya, Anda bisa melihat bebatuan di dasar sungai dengan mata telanjang dari atas perahu. Sepanjang menyusuri sungai, Anda akan diapit dengan pepohonan rindang yang memberikan nuansa asri.
Airnya bisa langsung diminum
Air di Kalibiru Warsambin yang memiliki suhu sekitar 10-20 derajat Celcius ini dapat diminum secara langsung. Air tersebut akan berembun jika diambil atau dipindahkan ke sebuah wadah.
Selain itu, terdapat pula air di muara sungai yang terbagi menjadi dua temperatur, yakni dingin dan hangat. Suhu berbeda tersebut terjadi lantaran sebagian area tertutup sinar matahari, sedangkan sisanya tertutup pepohonan.
Boleh dijadikan tempat berenang
Dulunya, wisatawan tidak diperkenankan berenang di Kalibiru Warsambin. Lalu pada tahun 2016, aturan itu dicabut. Wisatawan diperbolehkan berenang dengan sejumlah peraturan yang ketat. Peraturan tersebut meliputi durasi renang 30 menit hingga larangan memakai produk perawatan kulit saat berenang.
Menjadi tempat yang sakral bagi warga setempat
Bagi penduduk setempat, Kalibiru Warsambin adalah tempat yang sakral. Tempat ini dipercaya pernah menjadi lokasi pemandian para prajurit untuk mengumpulkan kekuatan sebelum berperang.
Selain itu, warga setempat percaya ada buaya putih di dalam sungai yang hanya akan menunjukkan penampakannya pada situasi tertentu. Situasi yang dimaksud adalah ketika ada penduduk setempat yang telah melanggar hukum adat.
Editor : Komaruddin Bagja
Sumber: [1]