TIMIKA | Kepala Sekolah Dasar Inpres Hoya di Distrik Hoya, Kabupaten Mimika, Papua, Paulus Pasule dengan tegas membantah pernyataan Kepala Kampung Mamontoga, Tepanus Uamang terkait tidak adanya kegiatan belajar mengajar (KBM) selama sembilan bulan di sekolah tersebut.
“Tidak benar kalau selama 9 bulan tidak ada KBM di SD Inpres Hoya,” kata Paulus di Kantor Dinas Pendidikan Mimika, Selasa (22/2/2022).
Paulus mengatakan, sejak awal tahun 2021, ia dan guru-guru tetap berada di Hoya dan sekolah tetap berjalan seperti biasa.
Namun karena dirinya sakit, ia kemudian turun ke Timika untuk menjalani pengobatan, sementara guru-guru lainnya tetap melaksanakan tugas.
“Kemudian pada Juli 2021 guru-guru turun ke Timika karena ada keperluan dinas, namun itu tidak lama. Karena pada September 2021 dikirim lagi ke Hoya untuk melaksanakan tugas dan mengajar anak-anak disana,” jelasnya.
Setelah itu, kata dia, pada November 2021 dijemput untuk kembali ke Timika. “Jadi sekali lagi tidak benar kalau selama 9 bulan tidak ada KBM,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Klemens Ohoiulun, salah satu guru SD Inpres Hoya.
Dikatakan, dari awal tahun 2021 ia bersama rekan guru lainnya dan kepala sekolah melakukan tugas KBM.
Di tempat tugas, warga sangat baik dan perhatian kepada tenaga pengajar.
“Hal itu yang membuat dirinya semangat melaksanakan tugas di SD Inpres Hoya,” katanya.
Namun kata dia, pada Juli 2021 dirinya dan rekan-rekan guru kembali ke Timika untuk mengikuti tes PPPK dan naik kembali pada September 2021. Kemudian kembali ke Timika pada November 2021 sampai sekarang.
“Selama ini disana jarang ketemu kepala kampung. Mungkin hanya beberapa saja, seperti Kepala Kampung Dalmagom karena agak lama. Kemudian Kepala Kulamagom dan (Kampung, red) Jawa,” tuturnya.
Klemens bahkan berujar jika tidak pernah bertemu kepala kampung lainnya, termasuk kepala kampung yang memberikan pertayaan tidak ada KBM selama sembilan bulan di Hoya.
“Intinya KBM berjalan dengan baik dan anak-anak rajin belajar ke sekolah. Sehingga tidak benar kalau kami datang disaat ada ujin saja. Karena selesai ujian pun kami masih ada di tempat kerja,” ujarnya.
Sesuai arahan Kepala Dinas Pendidikan, dalam waktu dekat para guru akan kembali ke Hoya untuk melaksanakan tugas.
Para guru lainnya juga mengatakan, kondisi Hoya berbeda dan cukup menantang. Jarak tempuh antar kampung dan sekolah berkisar 30 menit. Bahkan ada yang bisa sampai 8-10 jam.
Hoya juga tidak ada jaringan telekomunikasi. Satu-satunya alat komunikasi yang bisa digunakan adalah radio milik koperasi di kampung tersebut. Itupun harus melalui dinas perhubungan.
Selain itu, transportasi hanya menggunakan jalur darat, yakni coper dengan kapasitas terbatas.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Mimika, Jenny O Usmani mengatakan, pada tahun 2016, kondisi pendidikan banyak disorot karena pembelajaran tidak berjalan dengan lancar.
Namun setelah dilakukan evaluasi, maka guru-guru yang bertugas di pedalaman diantar dan dijemput, sehingga tidak ada guru-guru yang meninggalkan tempat tugas.
“Saya sangat marah kalau ada guru yang tidak melaksanakan tugas. Seperti kemarin, ada pemberitaan 9 bulan tidak mengajar saya langsung tanya satu per satu dan marah. Karenanya hari ini saya kumpulkan semua,” tegasnya.
Kata Jeni, sebelumnya para guru belum dikirim ke tempat tugas karena terkendala anggaran.
Karena untuk ke Hoya, hanya bisa menggunakan helikopter dan itu harus sewa milik swasta.
Jeni pun mempertanyakan keberadaan aset Pemda Mimika berupa pesawat dan helikopter.
“Saya sudah pernah sampaikan pada saat rapat dengan kepala dinas, pesawat Pemda ini ke mana karena kami sangat membutuhkan. Apalagi untuk sewa coper ini tidak bisa hutang,” ujarnya.
Ia menambahkan, karena saat ini anggaran sudah bisa diproses, maka para guru akan segera dikirim ke tempat tugas.
“Sebelumnya kita tidak bisa kirim karena pakai coper tidak bisa hutang,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, warga Distrik Hoya sangat menyayangkan terhadap pendidikan di daerah tersebut tidak berjalan.
Padahal, pendidikan merupakan hak dasar dari warga negara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan secara formal.
Kepala kampung Mamontoga Tepanus Uamang mengatakan, sudah hampir 9 bulan Sekolah Dasar (SD) Inpres Hoya tidak ada aktivitas belajar mengajar. Hal ini dikarenakan tidak adanya tenaga pengajar yang ditugaskan oleh Dinas Pendidikan.
“SD Inpres Hoya merupakan satu-satunya sekolah di daerah ini. Namun, sudah lama tidak ada aktivitas dan ini sangat disayangkan,” kata Tepanus saat ditemui di Distrik Hoya, Kamis (17/2/2022).
Tidak adanya aktivitas belajar mengajar di sekolah, sehingga anak-anak hanya tinggal di rumah dan bermain. Hal ini sangat disayangkan, karena mereka memiliki keinginan kuat untuk belajar.
“Anak-anak disini sudah menjadi korban pendidikan, karena mereka tidak bersekolah,” tuturnya.
Menurut Tepanus, kalaupun tenaga pengajar ini datang, hanya 1-2 minggu kemudian kembali ke Timika dan membuat laporan bahwa sudah melaksanakan tugas.
Mirisnya lagi, mereka hanya datang disaat akan ujian sekolah, padahal tidak ada aktiflvitas belajar mengajar di sekolah ini. Selesai itu, mereka kembali lagi ke Timika sampai sekarang ini.
“Ini yang jadi pertanyaan kami, kenapa sampai ada ujian padahal tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah ini. Terus apa yang diujikan,” ujarnya.
Alasan-alasan tenaga pengajar itu, masalah keamanan tidak menjamin, susah mendapatkan makanan dan lainnya.
“Masalah keamanan di Hoya ini tidak ada masalah. Walaupun tidak ada aparat keamanan, namun kondisi keamanan disini sangat terjamin. Karena seluruh tokoh warga, aparat kampung, tokoh agama yang menjamin,” ungkapnya.
Ia menambahkan, karena sekolah disini cuma satu, maka diharapkan ini jadi perhatian. Karena anak-anak ini butuh pendidikan untuk masa depan mereka.
“Kalau sekolah ini berjalan dengan baik, maka akan bangun sekolah di kampung-kampung lainnya,” ujar Tepanus.
Artikel ini telah tayang di Papuanesia.id
Artike :Kepsek SD Inpres Hoya Bantah Tidak Ada KBM Selama 9 Bulan
Sumber: [1]