Kekurangan obat-obatan dan bahan medis habis pakai (BMHP) telah membuat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Scholoo Keyen di Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, hampir tidak berfungsi. Beberapa pasien dilaporkan meninggal dunia akibat kekurangan pasokan medis yang kritis.
Beberapa sumber mengungkapkan bahwa beberapa pasien di RSUD Scholoo Keyen kehilangan nyawa karena kekurangan oksigen dan tidak adanya bahan medis esensial seperti selang oksigen, spuit sekali pakai, dan obat-obatan penting lainnya.
Kekurangan ini juga memaksa sejumlah pasien untuk dirujuk ke rumah sakit lain yang memerlukan perjalanan darat selama 5-6 jam. Tragisnya, seorang pasien mengalami kecelakaan ambulans karena pengemudi yang mabuk saat perjalanan rujukan tersebut.
Selain kekurangan medis, pekerja kontrak di RSUD ini juga menghadapi keterlambatan gaji, mengakibatkan ancaman pengusiran dari rumah kontrakan mereka. Direktur RSUD Scholoo Keyen, drg. Alim Ihsan P., mengakui kelangkaan obat dan BMHP, mengaitkannya dengan utang rumah sakit yang menyebabkan pemasok farmasi menahan pasokan.
Namun, Abraham Thesia, Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Sorong Selatan, membantah adanya kekosongan obat dan BMHP, mengklaim bahwa pemerintah daerah telah mengalokasikan Rp3,5 miliar untuk pasokan obat yang cukup hingga Maret 2024.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, menekankan bahwa pengelolaan obat-obatan dan pembayaran gaji di RSUD berada di bawah wewenang pemerintah daerah.
Lembaga kajian kesehatan CISDI mengungkapkan bahwa Papua memiliki tingkat kematian dini tertinggi di Indonesia. Disparitas layanan kesehatan antara Papua dan wilayah lain seperti Jawa-Bali masih sangat terasa, memperburuk situasi di RSUD Scholoo Keyen yang hampir lumpuh.