Papuanesia.id –
JAYAPURA-Wakil Wali Kota Jayapura, Dr. Ir H Rustan Saru meminta agar seluruh kepala kelurahan dan pemimpin RT/RW bisa lebih peka terhadap kondisi sosial warga di lingkungan yang dipimpinnya. Jangan sampai terjadi sesuatu yang ternyata tidak diketahui oleh perangkat pemerintah paling bawah ini.
Tidak harus menunggu, tetapi bagaimana mengecek dan mendengarkan apa saja yang menjadi keluhan warga. Ini disampaikan Rustan Saru usai menyambangi kediaman Dominggus Rumbruren di samping Lapas Abepura pada Rabu (16/3).
Saat itu Rustan turun langsung ke rumah Dominggus setelah mendengar kabar jika pemuda berusia 30 tahun ini mengalami sakit menahun dan tidak mendapatkan penanganan medis yang semestinya. Dominggus yang pernah bekerja di kantor media ini hanya bertahan dengan penyakitnya di rumah selama kurang lebih 6 tahun.
Dari kondisi tubuhnya yang prima yang bisa bermain bola hingga kini yang hanya bisa duduk di lantai. Di hadapan Wakil Wali Kota, ia mengakui jika memiliki penyakit di antaranya kusta, asam urat, darah rendah dan ginjal. Iapun terdiam setelah melihat sosok yang datang ke rumahnya adalah orang nomor 2 di kota ini.
Hanya kedatangan wakil wali kota ini tak sendiri, ia didampingi tim medis dari Dinas Kesehatan maupun pihak dinas sosial untuk langsung mencarikan jalan keluar. Di sini Rustan prihatin karena Dominggus masih terbilang berusia muda dan masih memiliki masa depan yang jauh ke depan. Namun karena tidak berobat secara rutin, akhirnya kondisi tubuhnya semakin parah.
“Makanya kami langsung selesaikan, ia mau dirawat di rumah sakit atau di rawat jalan silahkan saja. Lalu dari dinas sosial juga ikut mendata tadi,” beber Rustan.
Dari kondisi ini, ia meminta para lurah dan RT/RW lebih peka terhadap kondisi sosial warga sendiri. “Ini harusnya lurah dan RT/RW yang memantau, mengecek dan berkoordinasi dengan pemerintah di kota untuk sama – sama dicarikan solusi. Jangan sudah bertahun – tahun tidak tertangani seperti ini,” tegasnya.
Dominggus sendiri dulunya kerja di perusahaan media, ia bahkan pernah mengikuti Porwanas di Jawa Barat pada tahun 2016 lalu. Sepulang dari kegiatan itulah iapun merasakan sakitnya terus drop dan akhirnya tak bisa beraktifitas seperti biasa. Satu bulan sekembalinya dari Jawa Barat kondisinya semakin parah dan akhirnya lumpuh.
“Ini pengaruh penyakitnya yaitu kusta. Ini memang harus menggunakan obat yang terprogram dan harus tertib, jangan sampai bolong – bolong minum obatnya,” singkat salah satu anggota medis. (ade/tri)
Continue Reading
Sumber: [1]