Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa tebal lapisan es yang meliputi Puncak Jaya, Papua, telah mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data yang dirilis oleh BMKG, terdapat pengurangan sebesar empat meter dalam ketebalan es, dibandingkan dengan pengamatan pada bulan Desember 2023.
Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Klimatologi di Pusat Litbang BMKG, Donaldi Permana, menjelaskan bahwa penurunan ini kemungkinan besar terkait dengan fenomena El Nino yang terjadi pada periode 2022-2023. Pernyataan ini didasarkan pada analisis BMKG terhadap tutupan es atau gletser di Puncak Jaya, Papua dari tahun 2009 hingga 2023.
Data yang diperoleh BMKG menunjukkan bahwa selama periode 2016-2022, rata-rata luas es berkurang sekitar 0,07 kilometer persegi setiap tahunnya. Pada April 2022, estimasi luas es mencapai 0,23 kilometer persegi. Namun, pada Desember 2023, ketebalan es menipis secara signifikan, hanya tersisa dua meter dari enam meter yang diprediksi pada Desember 2022.
Perubahan iklim akibat pemanasan global juga menjadi faktor utama dalam penurunan lapisan es di Puncak Jaya. Donaldi menyampaikan bahwa sejak revolusi industri pada tahun 1850, terjadi pencairan es secara konsisten. Luas es di Puncak Jaya yang pada tahun 1850 mencapai 19 kilometer persegi, kini telah menyusut drastis menjadi hanya sekitar 0,34 kilometer persegi pada Mei 2022.
Tidak hanya di Puncak Jaya, pencairan es juga terjadi di berbagai pegunungan di wilayah tropis, seperti Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Quelccaya di Peru, dan Naimona’nyi di dataran tinggi Himalaya, Tibet. Donaldi menekankan bahwa tahun 2023 merupakan tahun terpanas sejak dilakukan pencatatan suhu global, dengan suhu rata-rata mencapai 1,20 plus, minus 0,12 derajat Celsius untuk periode 2014-2023.
Dalam menghadapi dampak perubahan iklim, Donaldi menyoroti pentingnya upaya mitigasi dan adaptasi. Upaya-upaya tersebut meliputi penanaman pohon, pengurangan dan pendauran sampah plastik, penggunaan energi terbarukan, penghematan listrik, dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil atau kendaraan pribadi. Menurutnya, mengurangi emisi karbon dioksida menjadi langkah penting untuk mengatasi perubahan iklim global yang semakin mengkhawatirkan.