Ilustrasi: Dexamethasone merupakan obat steroid dengan berbagai macam kegunaan utamanya untuk anti-peradangan, tapi di sisi lain juga menyimpan efek samping. (Foto: KaboomPics)
Jakarta, CNN Indonesia —
Sebuah penelitian menunjukkan obat dexamethasone dapat membantu menyelamatkan nyawa pasien infeksi virus corona (Covid-19). Obat golongan steroid ini bukanlah obat baru, melainkan sudah lama digunakan dalam dunia medis.
Namun begitu penggunaan dexamethasone harus dengan resep dokter sebab obat ini memiliki efek samping tertentu. Berikut fakta-fakta mengenai obat dexamethasone mulai dari kegunaan hingga efek samping.
1. Dexamethasone adalah golongan kortikosteroid
Obat dexamethasone merupakan golongan obat kortikosteroid atau obat yang mengandung hormon steroid. Dexamethasone adalah bentuk sintetis atau bentuk buatan hormon steroid.
Hormon steroid merupakan hormon yang diproduksi oleh tubuh untuk meredakan peradangan dan menekan kerja sistem kekebalan tubuh.
“Dexamethasone adalah obat anti radang dalam golongan steroid,” jelas dokter spesialis paru Fahmi Alatas kepada CNNIndonesia.com.
2. Penggunaan dexamethasone harus berdasar resep dokter
Kandungan hormon steroid dalam dexamethasone membuat obat ini harus digunakan berdasarkan resep dokter dengan indikasi dan diagnosis yang tepat. Pasalnya, pemberian hormon steroid ke dalam tubuh dapat memunculkan berbagai implikasi, positif dan juga negatif.
Dokter mesti mempertimbangkan sejumlah hal untuk memberikan dexamethasone kapada pasien. Mulai dari gejala yang timbul, kadar steroid dalam tubuh, hingga usia dan berat badan pasien untuk menentukan pemberian dexamethasone dan juga dosis yang tepat.
“Ada dosis sesuai kilogram berat badan dan beberapa mesti dicek kortisolnya,” ujar Fahmi.
Oleh karena itu, obat ini tak bisa digunakan sembarangan tanpa resep dokter karena dapat berakibat fatal.
3. Bentuk dexamethasone
Obat dexamethasone terdiri atas berbagai bentuk. Bentuk tersebut disesuaikan dengan kegunaannya untuk pasien. Dexamethasone tersedia dalam bentuk tablet oral, larutan oral, tetes mata, dan tetes telinga.
4. Kegunaan dexamethasone
Dexamethasone merupakan salah satu obat yang digunakan dunia medis untuk sejumlah penyakit yang berhubungan dengan peradangan dan imunitas.
“Paling banyak yang menggunakan dexamethasone itu adalah orang dengan asma,” tutur Fahmi.
Dexamethasone juga digunakan untuk mengobati radang kronik. Dokter kulit juga menggunakan dexamethasone pada pasien reaksi alergi, radang di kulit, dan eksim.
Tapi itupun menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Abraham Andi Padlan Patarai, pemberian tersebut harus didahului dengan diagnosa dan indikasi dari dokter. Ia menerangkan, dexamethasone biasa digunakan sebagai kombinasi dengan obat lain.
“Kan kadang-kadang dikombinasikan dengan obat alergi–ketika alergi menimbulkan radang. Banyak yang salah paham, ketika gatal-gatal terus minum dexamethasone,” ungkap dokter Bram–sapaan akrab Abraham–kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.
Kegunaan lain, dexamethasone acap dipakai untuk mengatasi kondisi rematik seperti radang sendi psoriasis dan rheumatoid arthritis. Gangguan darah/hormon/sistem kekebalan juga bisa menggunakan dexamethasone.
Dokter mata juga meresepkan dexamethasone untuk mengobati sejumlah penyakit. Beberapa jenis kanker seperti leukemia, limfoma, dan mieloma juga mendapatkan obat dexamethasone.
Ilustrasi: Dexamethasone terdiri atas berbagai macam bentuk mulai dari tablet oral, larutan oral, tetes mata, hingga tetes telinga sesuai penggunaannya. (Foto: Pixabay/stevepb)
5. Cara kerja dexamethasone
Pada kondisi yang menyebabkan peradangan, seperti radang sendi, dexamethasone membantu memblokir respons sistem terhadap peradangan sehingga membantu mencegah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
Pada kelenjar adrenal yang tidak melepaskan hormon atau melepaskan hormon dengan kadar rendah, dexamethasone membantu mengganti hormon-hormon tersebut dan meningkatkan kelancaran fungsi tubuh seperti mengelola glukosa darah, melawan infeksi dan mengendalikan stres.
6. Efek samping dexamethasone
Ibarat pedang bermata dua, di balik manfaat dan kegunaannya, dexamethasone menyimpan efek samping. Efek samping yang muncul mulai dari efek samping ringan hingga berat.
Umumnya efek samping ini muncul pada penggunaan dalam jangka panjang.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah gastritis atau luka pada mukosa lambung yang dapat menyebabkan muntah darah. Dexamethasone juga bisa menyebabkan pendarahan dalam sistem pencernaan yang ditandai dengan buang air besar berwarna hitam.
Penggunaan dexamethasone juga membuat gula darah tidak terkontrol. Ia juga dapat merusak ginjal. Pasalnya, dexamethasone bersifat menahan air.
“Dexamethasone itu menahan air di dalam badan sehingga fungsi filtrasi ginjal berkurang,” ucap Fahmi yang juga merupakan pengajar di FKUI.
Sifat obat dexamethasone ini pula dapat memicu moonface atau muka bulat seperti bengkak karena mengandung air.
Hormon steroid sintetis pada dexamethasone juga dapat menekan kelenjar adrenal. Alhasil, jika dikonsumsi dalam jangka panjang obat ini dapat menyebabkan kecanduan. Sifat menekan imun pada dexamethasone juga dapat membuat fungsi imun hilang sehingga tubuh mudah mengalami infeksi.
Pada perempuan, dexamethasone dapat memicu osteoporosis karena mengganggu kadar estrogen. Pada anak-anak, dexamethasone dapat menghambat pertumbuhan dan anak bisa menjadi kerdil.
Studi menunjukkan 30 persen orang yang menggunakan dexamethasone mengalami penyembuhan luka yang lambat, iritabilitas, pembengkakan di pergelangan kaki, kesulitan tidur, nafsu makan meningkat, mulas, nyeri otot, meningkat kadar gula darah, mual, muntah, masalah lambung, sakit kepala, perubahan suasana hati, kecemasan, dan kadar kalium rendah.
Efek samping parah terjadi pada 10 persen orang yakni darah dalam tinja, tinja hitam, darah dalam urine, infeksi dengan demam, nyeri otot dan nyeri persendian, suasana hati berubah, sulit tidur dan perubahan kepribadian, reaksi alergi yang parah, keletihan dan pusing yang tidak biasa, gangguan pencernaan, pembengkakan di seluruh tubuh, ulkus lambung, dan osteoporosis.
“Obat ini disebut obat dewa tapi juga pedang bermata dua. Oleh karena itu, ini bukan obat yang bisa dipergunakan bebas seperti suplemen atau vitamin. Harus menggunakan resep dokter,” ungkap Fahmi.
7. Bisakah dexamethasone untuk mengobati Covid-19?
Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa dexamethason mengurangi angka kematian sekitar sepertiga di antara pasien Covid-19 yang sakit parah.
“Ini adalah hasil (percobaan) yang menunjukkan bahwa jika pasien yang memiliki Covid-19 dan menggunakan ventilator, diberikan dexamethasone akan menyelamatkan nyawa,” tulis penelitian itu dikutip dari Boldsky.
Menurut Fahmi, penelitian itu saja tidak cukup membuktikan dexamethasone dapat digunakan untuk Covid-19.
“Perlu diingat bahwa peneliti juga menggunakan obat lain dan penelitiannya hanya pada orang dengan sakit parah yang sudah dipasangi ventilator. Bukan untuk semua penderita Covid-19,” Fahmi mengingatkan.
(ptj/NMA)