Membaca menjadi keterampilan dasar yang penting dalam proses pendidikan formal. Anak-anak di seluruh Indonesia, termasuk di Papua, diperkenalkan pada huruf dan bacaan sejak usia dini. Namun, seringkali aspek penting dalam pembelajaran membaca terabaikan. Mengajarkan bunyi dasar setiap huruf menjadi langkah penting dalam memastikan anak-anak Papua bisa menguasai literasi dengan baik.
Marthen S. Sambo, seorang pengajar dan Manajer Pendidikan di Wahana Visi Indonesia (WVI), menyoroti pentingnya mengajarkan bunyi dasar huruf saat anak-anak belajar membaca. Menurutnya, hal ini menjadi penghambat utama bagi anak-anak Orang Asli Papua (OAP) dalam mengembangkan tingkat literasi yang memadai. Banyak di antara mereka kesulitan membaca karena tidak familiar dengan bunyi huruf-huruf tersebut.
Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama WVI menunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari 2.119 murid kelas tiga di 171 SD di Papua belum bisa membaca, sementara 12 persen lainnya bisa membaca namun tidak memahami bacaan dengan baik. Untuk mengatasi masalah ini, WVI meluncurkan proyek “Run for The East” yang bertujuan meningkatkan literasi melalui program “Kampung Literasi” di wilayah Asmat dan Wamena.
Salah satu fokus utama proyek ini adalah mengajarkan bunyi dasar setiap huruf kepada anak-anak. Marthen menjelaskan bahwa hal ini membantu anak-anak menjadi lebih akrab dengan huruf-huruf dan membaca dengan lebih lancar. Selain itu, melalui workshop kesadaran orangtua, WVI juga berusaha melibatkan orangtua dalam mendukung proses pembelajaran membaca anak-anak di rumah.
Proyek “Run for The East” melibatkan beberapa korporasi dan tokoh publik untuk menggalang dana demi pembangunan Kampung Literasi di desa-desa Papua. Dengan dukungan dari masyarakat luas, diharapkan tingkat literasi anak-anak Papua dapat meningkat secara signifikan dalam waktu yang akan datang.