JAKARTA, Investor.id – Moderna menyatakan tidak akan pernah mengeluarkan data tentang vaksin potensial untuk virus corona yang berbeda dari “kenyataan,” kata ketua perusahaan bioteknologi tersebut.
Ketua Moderna Noubar Afeyan mengatakan bahwa perusahaan hanya mengeluarkan sejauh mana data itu tersedia. “Kami menganggap serius apa yang kami lakukan. Kami tidak akan, dan belum mengeluarkan beberapa data untuk membuat sesuatu terlihat berbeda dari kenyataan,” katanya dalam wawancara di “Power Lunch”, CNBC.
Komentar itu muncul sehari setelah publikasi dari STAT News yang melaporkan bahwa beberapa ahli vaksin skeptis terhadap data vaksin baru Moderna. Berita dari STAT News itu membuat investor meragukan validitas data hasil uji coba vaksin Moderna.
Sehari sebelumnya, Kepala Bidang Medis Moderna Dr Tal Zaks mengatakan, uji coba vaksin menunjukkan hasil awal yang positif, di mana partisipan memproduksi antibodi terhadap virus tersebut. Jika penelitian selanjutnya berjalan lancar, vaksin ini bisa didistribusikan ke masyarakat paling cepat Januari 2021.
Pada hari Senin, perusahaan mengeluarkan data dari uji coba fase pertama vaksin kepada manusia dan menunjukkan pasien yang ikut dalam uji coba dapat menghasilkan antibodi penawar virus Covid-19.
Antibodi penawar tersebut, menurut para peneliti, penting untuk melindungi manusia terhadap virus. Sejauh ini, data yang tersedia baru delapan pasien, sedangkan sisanya dari 45 yang diuji coba akan keluar secepatnya.
Afeyan mengatakan beberapa ahli mungkin “menyatakan keahlian dan menebak apa yang mungkin dimiliki atau tidak miliki.” Menurut dia, dunia sedang mencari berita yang dapat mereka interpretasikan. “Saya hanya akan mendesak publik untuk memperhatikan apa yang kita katakan,” katanya dikutip dari CNBC.com Kamis pagi waktu Jakarta.
Moderna telah bekerja dengan cepat dengan National Institutes of Health untuk mengembangkan vaksin.
Awal bulan ini, Moderna mengumumkan bahwa mereka sedang menyelesaikan uji coba manusia fase pertama. Selanjutnya Moderna akan bekerjasama dengan Pemerintah AS untuk memulai uji coba fase dua yang akan melibatkan 600 peserta.
Jika vaksin itu terbukti efektif dan aman digunakan, vaksin itu bisa siap dipasarkan pada awal 2021, kata perusahaan itu.
Perusahaan mengatakan akan memulai uji coba fase 3 pada bulan Juli.
Sumber : CNBC.com