Papuanesia.id –
Kisah Putri Lulusan S2 Austria Bersama Sang Suami Adit yang Mengajar Anak-anak di Pedalaman Papua (Bag-2/Habis)
Puisi “Doaku Anak Kosarek” Menggugah Hati Bupati Yahukimo
Membangun rumah belajar di daerah terpencil seperti di Kampung Kosarek, tentunya membutuhkan kegigihan pasangan suami istri Putri dan Adit. Bagaimana kegigihan mereka ?
Laporan: Elfira, Jayapura
HONAI belajar berdinding kayu, beralas papan cincang, dengan noken bergantungan di mana-mana adalah tempat di mana Putri dan suaminya Adit mengajar anak-anak Kosarek. Sedang di luar rumah belajar, terlihat bukit-bukit menjulang tinggi.
Hari Selasa hingga Jumat merupakan waktu bagi anak-anak belajar, sedangkan Senin waktu tutor untuk belajar. Sementara Sabtu anak-anak libur untuk membantu orang tua.
Untuk menuju ke Rumah Belajar, anak-anak harus berjalan kaki dari rumah mereka. Melewati bukit dan lembah serta menyeberangi sungai.
“Kemampuan fisik, semangat kerja, dan ketekunan tidak boleh hilang dari anak-anak ini,” kata Putri saat ditemui Cenderawasih Pos, Jumat (18/3) siang lalu.
Membangun rumah belajar di daerah terpencil butuh kegigihan bagi Putri dan suaminya. Bahkan, pasangan suami isteri ini harus belajar bahasa Mek yang merupakan bahasa ibu warga setempat.
Berbahasa ibu adalah cara berkomunikasi yang paling efektif dengan anak anak, termasuk memudahkan proses belajar mengajar.
“Waktu kami tiba di Kosarek, kami sulit komunikasi dengan anak-anak. Sehingga saya dan suami memutuskan belajar bahasa Mek. Meski sulit, namun kami coba terus belajar bahasa Mek agar kami bisa mengajar anak-anak di Kosarek, sekaligus memudahkan kami berbincang dengan warga setempat,” ucap perempuan 36 tahun ini.
Putri dan suaminya serta para Tutor lokal yang dilatih menggunakan bahasa Mek untuk mengajar anak-anak di Rumah Belajar Kosarek. Terutama untuk jenjang kelas yang setara TK, kelas 1 dan 2 SD, mereka menggunakan pendekatan pendidikan multi bahasa berbasis bahasa ibu untuk mentransfer ilmu calistung dan ilmu modern secara lebih efektif.
Selain baca, hitung dan menulis, anak-anak di rumah belajar juga mendapat pelajaran seni, sosial, sains, musik, komputer, dan Bahasa Inggris bagi yang sudah cakap berbahasa Indonesia. Bahkan, anak-anak Kosarek umur belasan tahun sudah bisa menciptakan lagu.
Di sudut lain, anak-anak belajar angka dan huruf lewat kebun yang berukuran kecil di halaman Rumah Belajar Kosarek.
Di kebun yang berukuran kecil itulah anak-anak bereksplorasi dan belajar. Entah itu menanam, mengukur, dan belajar huruf dari berbagai tanaman yang ada di kebun.
“Visi kami anak-anak di Rumah Belajar ini bertumbuh bukan hanya secara akademik, tapi juga spiritual dan keterampilan hidup,” ungkap ibu satu anak ini.
Selain berkebun, beternak pun mereka lakukan. Di Rumah Belajar Kosarek, anak-anak tidak dipungut biaya. Namun mereka memiliki peternakan unggas dimana anak-anak bisa menyumbangkan ubi untuk pakan dan membersihkan kandang unggas sesuai jadwal piket yang disepakati.
Anak-anak menjual sendiri ternak yang siap dipanen dan uangnya masuk ke dalam tabungan pendidikan mereka.
“Semangat kami adalah mendampingi anak-anak agar dapat bertumbuh kembang secara utuh. Kami ingin anak-anak yang ada di kampung ini bisa bersaing dengan anak-anak yang ada di kota ketika mereka mendapatkan akses yang sama,” kata Putri sembari tersenyum.
Sudah tiga tahun Putri dan suami bersama tutor lokal di Kosarek menguatkan anak-anak untuk bisa membaca Alkitab dalam bahasa Mek Kosarek. Sebagai pendidik, Putri merasa ilmu itu harus kontekstual dan pembelajarnya harus memahami kenapa mereka mempelajari hal itu.
Di Rumah Belajar Kosarek, Putri ditemani tujuh orang tutor yang sebelumnya sudah diberikan pelatihan. Para tutor ini sebelumnya tidak pernah bersekolah dan ada juga yang putus sekolah. Kebanyakan mereka belajar otodidak.
Putri ingat betul 3 tahun silam, saat pertama kali datang ke Kosarek. Ada tutor yang selalu takut dan belum bisa berbahasa Indonesia. Seiring berjalannya waktu, tutor tersebut rajin datang untuk belajar.
“Berkat keuletannya, tutor tersebut kini mengajar sudah di luar kepala. Semua orang jika diberi kesempatan dan akses yang sama, dan didampingi secara intensif, pasti mereka bisa berbuah. Masalahnya ada tidak orang yang setia mendampingi mereka. Dua tutor perempuan kami bilang dulu mereka tidak tahu, namun kini bisa mengajar anak-anak di depan umum. Bahkan mereka bisa bicara di gereja,” ungkap Putri.
Pendidikan kata Putri, adalah seumur hidup karena tidak ada pendidikan yang instan. Ia dan suami lebih fokus pendampingan jangka panjang untuk memastikan proses dan dampak pendidikan holistik bagi anak-anak Papua di masa depan.
“Sekalipun pendekatan ini tidak terlalu popular, saya berharap Tuhan masih bekerja di hati warga dan anak-anak. Jika mereka setia dan sungguh sungguh, maka buah buah yang didapat itu jauh lebih dahsyat sekedar ijazah. Mereka bisa bertumbuh sebagai anak anak yang kuat identitas dan budaya, serta mampu membawa perubahan baik untuk kampungnya dan sesama,” tuturnya.
Selama berada di Kosarek, Putri mengaku tidak ada kendala. Tuhan memelihara dan menjaga perempuan 36 tahun bersama suami dan anak. Penerimaan warga Kosarek begitu baik dan gereja masih kuat tertanam di warga Kosarek.
Berkali-kali Putri membanggakan semangat belajar anak-anak didiknya. Salah satu momen yang berkesan adalah ketika murid-muridnya baru belajar tentang puisi, mereka malah mahir membuat puisi dan membacakannya secara langsung di hadapan Bupati Yahukimo saat perayaan Natal tahun 2021 di Kosarek.
Puisi yang dibacakan muridnya, Yanes dan Yuman berjudul “Doaku Anak Kosarek” menyentuh hati Bupati Yahukimo Didimus Yahuli kala itu. Apalagi, dua anak tersebut membacakannya dengan syahdu tanpa alas kaki saat matahari sedang panas panasnya di Kosarek. Adapun isi puisi Yanes dan Yuman yaitu Kami anak Kosarek sudah menerima Injil Yesus Kristus dan firman Tuhan sudah dinyatakan di tanah Kosarek. Kami sudah menjadi orang percaya. Tetapi juga kami ingin belajar dan sekolah yang tinggi.
Guru-guru tidak aktif mengajar, Anak-anak sepertiku memiliki sikap yang kurang baik
Kami butuh ilmu, kami butuh pendidikan dan kami butuh firman Tuhan.
Tetapi juga kami butuh tenaga kesehatan.
Anak anak Kosarek banyak yang sakit, ketika sakit kami tidak bisa berobat.
Kami setengah mati, yang lain tidak sembuh akhirnya mati. Kami berduka, kami menangis. Tuhan, dengarkanlah doa kami anak anak Kosarek.
Tuhan, kasihanilah kami dan tuntunlah kami anak anak Kosarek, supaya kami membawa perubahan di tanah ini dan dunia.
“Video itu beredar luas di media sosial, dan itulah ungkapan hati mereka sesungguhnya. Mereka menginginkan Pendidikan dan tenaga kesehatan ada di kampung mereka,” kata Putri dengan raut wajah sedih.
Tak lama, setelah dua murid dari Rumah Belajar Kosarek membacakan Puisi di hadapan Bupati Yahukimo, kini beberapa guru sudah dikirimkan untuk mengajar di SD Inpres yang ada di Kosarek.
“Kehadiran guru saat ini mungkin jawaban dari doa anak-anak Kosarek yang didengarkan Tuhan,” ucap Putri.***
Continue Reading
Sumber: [1]