BERITABETA.COM, Jakarta – Perilaku virus corona (Covid-19) yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dan bermutasi menjadi virus lokal menyulitkan para peneliti untuk membuat vaksin yang bisa digunakan oleh semua orang.
“Virus ini menyebar ke seluruh dunia sekaligus bermutasi menjadi virus lokal. Seolah melakukan gerakan anti-globalisasi. Perilaku ini menyulitkan orang membuat vaksin atau obat yang orientasinya satu jenis vaksin atau obat untuk semua orang tidak memandang kelokalan,” kata Guru Besar Biologi Sel Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Sutiman di Malang, Jawa Timur, Rabu (20/5/2020).
Sutiman mengatakan, kondisi ini yang menjadi penghalang utama konsep berpikir industri bidang kesehatan dalam menemukan vaksin atau obat. Sebab, lanjutnya, jamu bukanlah obat untuk penyakit tertentu, karena konsepnya adalah untuk menjaga kualitas hidup. Namun, pada saat ini, jamu dapat dipikirkan daya manfaatnya untuk mengatasi Covid-19.
“Bukan dengan konsep membunuh, namun mendukung sistem tubuh agar mampu bertahan dan mengatasi penyakit,” ucapnya.
Menurut dia, kearifan lokal bangsa Indonesia seolah menemukan momen untuk menunjukkan eksistensinya yang selama ini terpinggirkan oleh konsep kedokteran modern.Hal lain yang sangat merepotkan dari Covid-19 adalah adanya orang tanpa gejala (OTG) atau orang terinfeksi, namun tidak merasakan simtom sama sekali.
Ia mengemukakan sebagian besar populasi adalah OTG. Mereka merasa sehat-sehat saja, sehingga beraktivitas biasa dan berpotensi menularkan ke orang lain.”Kita diuntungkan dengan indeks UV yang tinggi karena virus akan mengalami inaktivasi sehingga jumlah orang terinfeksi tidak setinggi daerah subtropis dengan udara tercemar karena UV tidak berperanan secara nyata,” tutur dia.
Masyarakat Harus Siap
Sementara itu, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko, mengatakan, vaksin Covid-19 belum dapat ditemukan dalam waktu dekat atau cepat, sehingga masyarakat harus siap dengan Hidup dalam kondisi normal baru berdampingan dengan Covid-19.
“Kita tidak bisa memprediksi kapan vaksin itu akan ada, bisa jadi tidak pernah ada, tapi tidak akan cepat, tidak mungkin cepat, jadi kita harus mempersiapkan kondisi normal yang baru, New Normal, bahwa kita harus Hidup bersama Covid-19,” ungkapnya saat berkunjung ke Kantor Berita ANTARA, Jakarta, Rabu (20/5/2020).
Memang para peneliti di seluruh dunia sedang berupaya menemukan Vaksin Covid-19, namun saat ini belum ada hasil yang memuaskan. Hingga saat ini, belum ada satu pun negara yang mengklaim telah menemukan Vaksin Covid-19. Indonesia sendiri masih terus berupaya untuk mengembangkan Vaksin Covid-19 tersebut.
“Pengalaman menunjukkan Vaksin itu bisa (ditemukan) belasan tahun, dan belasan tahun juga bisa tidak terjadi apa-apa, tidak muncul juga,” ujar Laksana.
Sebagai contoh nyata, sampai sekarang ini belum ada Vaksin untuk HIV, bahkan Vaksin untuk Malaria sudah berpuluh-puluh tahun juga belum ditemukan, tapi masyarakat bisa Hidup sejak lama bersama penyakit itu.
Untuk itu, Handoko mengatakan, semuanya harus mempersiapkan kondisi di mana tanpa Vaksin, agar kegiatan ekonomi bisa berjalan kembali dalam kehidupan normal baru (New Normal), karena tidak ada yang tahu kapan Vaksin dan obat Covid-19 akan bisa ditemukan. (BB-DIP)