Home News Panas di Lembah Galwan, India Menyerah ke China?

Panas di Lembah Galwan, India Menyerah ke China?

by Papua Damai
Panas di Lembah Galwan, India Menyerah ke China?

PM India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping di Zhejiang, China, 4 September 2016. REUTERS/Damir Sagolj/File PhotoFoto: PM India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping di Zhejiang, China, 4 September 2016. REUTERS/Damir Sagolj/File Photo

Jakarta, CNBC IndonesiaPerdana Menteri India Narendra Modi membuat kontroversi di tengah konflik yang terjadi di perbatasan dengan China. Bahkan tagar #ModiSurrendersToChina atau #ModiMenyerahkeChina menjadi viral di negara Bollywood itu akhir pekan kemarin.

Hal ini terjadi karena politisi Partai Bharatiya Janata itu menyebut China tidak memasuki wilayah India atau menangkap tentara di pos militer negeri itu. Ini terkait bentrok militer India dan China yang terjadi 15 Juni yang menewaskan 20 tentara negerinya.

“Tidak ada seorang pun (tentara China) di dalam wilayah kami,” ujar Modi pada para pemimpin oposisi akhir pekan kemarin sebagaimana ditulis Bloomberg.

Pernyataan ini bertentangan dengan komentar menteri luar negeri India beberapa hari sebelumnya. Di mana saat bertemu dengan perwira China, ia berujar pasukan Negeri Tirai Bambu masuk ke India dan mencoba mendirikan sebuah pos di Lembah Galwan, yang jadi bagian negeri itu.

Bahkan, China disebut punya niat untuk merubah fakta dilapangan dan melanggar semua perjanjian. Padahal dua negara di Himalaya dipisahkan oleh Line of Actual Control (Garis Kontrol Wilayah/LAC) sepanjang 3.488 kilometer (km).

Meski demikian sehari setelahnya Modi melalui kantornya menegaskan bahwa akan ada upaya tegas dari pemerintah untuk pelanggaran yang dilakukan China di LAC. “Kekerasan di Galwan pada 15 Juni muncul karena pihak China berusaha untuk mendirikan bangunan di seberang LAC dan menolak untuk berhenti dari tindakan seperti itu,” tulis pernyataan tersebut.


Sementara itu, China disebut kehilangan 40 tentaranya saat bentrokan terjadi dengan India di perbatasan yang disengketakan 15 Juni lalu. Hal ini dikatakan salah satu menteri India, kepada sebuah televisi lokal, sebagaimana dikutip Reuters pada Minggu (21/6/2020).

“Jika 20 orang menjadi martir di pihak kita (India), maka ada setidaknya dua kali lipat korban d pihak mereka (China),” ujar Menteri Jalan dan Transportasi India VKSingh ke TVNews24.

Meski demikian, Singh berujar ia tidak memiliki bukti yang mendukung pernyataannya. Namun China sempat mengiyakan ada korban meski tak menyebutkan jumlahnya.

Permasalahan India dan China terjadi sejak 1960-han. Bahkan perang sempat terjadi di 1962. Bagi India kawasan sengketa ini masuk Ladakh. Sedangkan bagi China kawasan itu disebut Aksai Chin, Xinjiang.

(sef/sef)

Read More

Related Posts