JAKARTA, Papuanesia.id – Sagu telah dikonsumsi oleh warga di bagian timur wilayah Indonesia secara turun-temurun. Warga di Pulau Papua, Maluku, dan sekitarnya telah menjadikan sagu sebagai makanan pokok.
Bahan pokok makanan itu kemudian diolah kembali menjadi berbagai panganan. Salah satunya papeda.
Dikutip dari Indonesia.go.id, Kamis (24/11/2022), papeda dikenal luas oleh warga adat Sentani dan Abrab yang tinggal di sekitar Danau Sentani, Arso, hingga Manokwari. Makanan berbentuk bubur dengan tekstur kenyal ini sering dihidangkan saat acara-acara penting.
Berdasarkan riwayat sejarah, warga adat Papua menghormati sagu lebih dari sekadar makanan. Tak jarang, beberapa suku di Papua meyakini mitologi sagu dengan penjelmaan manusia.
Masyarakat Raja Ampat bahkan menganggap sagu sebagai sebagai makanan yang istimewa. Bahkan, mereka menggelar upacara khusus saat memanen sagu. Upacara itu digelar sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap sagu.
Bubur papeda berbahan dasar sagu juga kerap muncul pada upacara adat Papua, Watani Kame. Upacara tersebut dilakukan sebagai tanda berakhirnya siklus kematian seseorang.
Nantinya, papeda dibagikan paling banyak kepada relasi yang sangat membantu pada upacara Watani Kame tersebut.
Papeda diolah dari bahan dasar sagu menggunakan perkakas belanga. Air yang mendidih dituangkan ke saripati sagu sambil diaduk hingga mengental. Pengadukan dalam proses ini harus searah sampai tekstur benar-benar merata menjadi bubur lem.
Editor : Rizky Agustian
Sumber: [1]