KOMPAS.com – Pelemahan medan magnet yang diduga berkaitan dengan anomali Atlantik Selatan tengah menjadi perhatian banyak peneliti.
Fenomena yang muncul pada 1970 tersebut, melansir dari Science Allert tumbuh dan bergerak ke arah Barat dengan kecepatan sekitar 20 kilometer (12 mil per tahun).
Data satelit baru dari Badan Antariksa Eropa (ESA) menunjukkan anomali yang melemahkan medan magnet tersebut terus berevolusi dan para ahli memperingatkan bahwa kita mungkin segera bermasalah dengan fenomena tersebut.
“Titik minimum Timur dari anomali Atlantik Selatan telah muncul beberapa dekade silam dan dalam beberapa tahun terakhir berkembang cukup pesat,” kata Jürgen Matzka, dari Pusat Penelitian Jerman untuk Geosains.
Fenomena pelemahan medan magnet sendiri dipantau oleh satelit Swarn dari ESA.
“Tantangan yang dihadapi saat ini adalah memahami proses bagaimana inti Bumi menimbulkan perubahan tersebut,” ujar Jurgen sebagaimana dikutip dari laman The Sun.
Baca juga: Medan Magnet Kuno di Mars Ungkap Sejarah Evolusi Planet Merah
Dampak pelemahan medan magnet
Melansir dari website Edukasi Sains Lapan, medan magnet bumi membentuk selubung yang memiliki fungsi melindungi bumi dari radiasi kosmis dan berbagai partikel berenergi matahari yang dibawa angin matahari yang selalu berhembus.
“( Pelemahan medan magnet) proses alami yang terjadi dalam jangka panjang,” ujar Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Emanuel Sungging saat dihubungi Kompas.com Rabu (3/6/2020).
Sungging menjelaskan dampak pelemahan medan magnet bumi terutama berkaitan dengan teknologi satelit.
“Tentunya bahayanya pada teknologi tinggi seperti satelit, karena begitu medan magnet lemah begitu ada hujan partikel antariksa bisa langsung mempengaruhi kinerja satelit,” ujar dia.