Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (AP/Alex Brandon)
Jakarta, CNN Indonesia — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menawarkan bantuan militer negara itu ke negara bagian Minnesota untuk meredam rusuh yang berawal dari aksi solidaritas kematian George Floyd.
“Kami sudah mempersiapkan militer kita akan dan bisa [dikerahkan] jika mereka [Minnesota] ingin memanggil militer kami. Kami bisa menempatkan prajurit kami di lapangan dengan sangat cepat, jika mereka ingin militer kami,” ujar Trump, Sabtu (30/5) seperti dilansir CNN.
Sementara itu, seorang sumber di Dephan AS mengatakan unit polisi militer dari Fort Riley di Kansas, Fort Bragg di North Carolina, dan Fort Drum di New York disebut telah mendapatkan pesan untuk bersiap menerima penempatan jika Gubenur Minnesota Tim Walz menghendakinya.
Diketahui aksi protes yang berawal dari menyuarakan solidaritas atas kematian Floyd telah berbuah menjadi rusuh.
Dalam jumpa pers terpisah, Walz mengatakan para pedemo yang membuat kerusuhan pada Jumat malam bukanlah mereka yang memperjuangkan nilai yang sama. Dia pun meminta kepada orang-orang untuk berhenti melakukan perusakan di Minneapolis dan St Paul.
Para pedemo berkumpul untuk memprotes aksi penahanan polisi yang berlebihan dan menewaskan pria kulit hitam, George Floyd, Washington, Amerika Serikat, 29 Mei 2020. (AP Photo/Evan Vucci)
Walz pun meminta kepada warga Minnesota untuk mempertahankan tempat tinggal mereka dari para perusuh–seperti yang terjadi pada Jumat malam lalu.
“Mereka bukan bagian dari kita. Mereka tidak memiliki nilai-nilai kita,” ujar Walz.
Terkait aksi yang berujung rusuh pada Jumat malam lalu, Walz memprediksi sekitar 80 persen berada dari luar wilayah itu. Oleh karena itu ia meminta kepada warga Minnesota untuk menghubungi otoritas berwenang andai mereka tahu di mana para pedemo yang rusuh itu menetap sementara, atau jika mereka tahu titik di mana akan terjadi kerusuhan lagi.
Sementara itu, Wali Kota Minneapolis, Minnesota, Jacob Frey mengatakan para pedemo yang ada di wilayahnya buka berasal dari kota tersebut.
“Saya ingin menegaskan, sangat-sangat jelas. Orang-orang yang melakukan [kerusuhan] ini bukanlah warga Minneapolis,” ujar Frey dalam jumpa pers, Sabtu.
Frey mengatakan demikian, karena pada mula aksi solidaritas atas Floyd pada awal pekan ini justru berlangsung damai, dan hanya dilakukan orang-orang yang tinggal di kota itu saja. Tapi, kata dia, terjadi dinamika.
“Secara berkala terjadi pergeseran di mana kami melihat lebih banyak dan banyak lagi orang datang dari luar kota. Kami melihat lebih dan lebih lagi orang yang melakukan kerusuhan di komunitas kami. Dan, saya mengatakan, ini tak dapat diterima,” ujar Frey dalam jumpa pers.
“Ini bukan lagi tentang ekspresi verbal. Ini tentang kekerasan dan kami perlu untuk memastikan hal tersebut berhenti,” imbuhnya.
Sementara itu, dilansir dari CNN, aksi protes sebagai bentuk solidaritas atas kematian Floyd itu tak hanya terjadi di Minneapolis, namun menyebar di kota lain di Amerika Serikat. Setidaknya aksi serupa terjadi di 30 kota, termasuk di depan Gedung Putih, Washington DC, dan di Atlanta yang berujung pada perusakan kantor berita CNN. (kid)