Home News PSBB Surabaya Raya Dihentikan, Awas! Gelombang Penularan Baru

PSBB Surabaya Raya Dihentikan, Awas! Gelombang Penularan Baru

by Papua Damai
Lukman HakimPSBB Surabaya Raya Dihentikan, Awas! Gelombang Penularan Baru
Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo. Foto/SINDOnews/Lukman Hakim

SURABAYA – Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo menyebut, secara epidemiologi Surabaya Raya belum layak menghentikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan menerapkan new normal life.

(Baca juga: Sepakat Tak Perpanjang PSBB, Surabaya Raya Pilih Normal Baru)

Pasalnya, rate of transmission (RT) masih di atas 1. Lalu sari google mobility, kepatuhan masyarakat untuk anjuran “stay at home” secara umum di Surabaya Raya tercatat membaik utamanya di Kota Surabaya. Itupun hanya diatas pukul 18.00 WIB. Pada beberapa tempat juga masih ditemui banyak lokasi yang tidak memenuhi protokol kesehatan.

Perwakilan Tim Advokasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Surveilans Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair ini menyebut, berdasarkan survey, tercatat 88,2 persen orang yang nongkrong di warung dan kafe masih tidak memakai masker. Kemudian 89,3 persen tidak menerapkan physical distancing. Selain itu 78,8 persen orang di kegiatan sosial budaya juga belum menggunakan masker dan 82 persen tidak menerapkan physical distancing.

“Surabaya Raya belum aman. Karena RT-nya belum dibawah satu atau sedikit diatas satu. Disebut kondisinya baik ketika RT-nya dibawah satu dan konsisten selama dua minggu,” kata dr Windhu di Gedung Negara Grahadi, Senin (8/6/2020).

(Baca juga: Putus Penyebaran COVID-19, Mahasiswa Desak Tutup Akses ke Bawean)

Jika tidak ada PSBB dan ada pelonggaran aktifitas masyarakat, lanjutnya, pihaknya khawatir akan muncul gelombang penularan COVID-10 tahap dua, Dia tidak mempermasalahkan kebijakan para kepala daerah nantinya dinamakan apa.

Apakah itu PSBB atau yang lain, namun dia menekankan perlu tidak ada pelonggaran aktifitas warga. “Kalau dibuka sama sekali, resikonya tinggi untuk terjadi penularan baru. Nanti apa yang sudah kita kerjakan dengan susah payah akan amburadul lagi,” terangnya.

(eyt)

preload video

KOMENTAR (pilih salah satu di bawah ini)

Read More

Related Posts