TIMIKA | Seorang mahasiswa penerima beasiswa dari Pemerintahan Kabupaten Mimika yang berkuliah di Proflight Pilot School, Hakim Dolame, mengeluhkan uang pendidikan yang belum lunas.
Hakim Dolame bersama dengan 5 teman yang sedang berkuliah di Proflight Pilot School meminta agar Pemda Mimika segera melunasi biaya pendidikan yang sedang dijalani.
Dolame mengaku, dirinya sudah dikirim oleh Pemda Mimika sejak tahun 2017 namun hingga kini belum juga selesai lantaran biaya pendidikan di perguruan tersebut belum dilunasi.
“Sampai saat ini kami belum selesai study karena pemda terlambat bayar, dan kami sudah mogok (berhenti belajar) selama 6 bulan, sebab itu saya langsung tanya kepada pihak sekolah atau kampus, katanya karena belum bayar oleh pemda Mimika,” jelas Dolame.
Ia mengatakan telah mengorbankan waktu selama 5 tahun menunggu agar bisa menyelesaikan pendidikannya, karena itu meminta agar Pemda Mimika bisa bertanggung jawab.
“Sehingga kami bisa lancar belajar dan selesaikan secepat mungkin. kami tidak bisa lagi 7-8 tahun, pemerintah Mimika jangan salahkan kami karena tidak mampu belajar. Namun pemerintah yang tidak mampu membayar, pemerintah harus tahu bertanggungjawab, Pemda selalu bilang MoU sudah sah (dengan kampus) namum di lapangan pemerintah menyiksa kami putra Mimika, beasiswa pun hanya sekali setahun,” bebernya.
Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten Mimika, Papua Marthinus Nuboba ketika dikonfirmasi Seputarpapua.com di ruang kerjanya membenarkan adanya MoU dengan Proflight Pilot School.
Dimana, sejak 2017 pihaknya mengirim 6 orang mahasiswa dengan sistem pembayaran pertahun dan langsung dibayarkan ke pihak Proflight satu paket dengan wisma tempat tinggal mahasiswa.
“Pemerintah semenjak saya menjadi Kabag SDM memang ada kendala-kendala disana sehingga di Proflight memang kita punya utang tapi kita sudah mulai benahi dan mulai bayar, sehingga memang sudah ada MoU, tapi terkendala anggaran,” kata Marthinus, Selasa (1/3/2022).
Diakui Marthinus, beasuswa tersebut terbilang besar, bisa mencapai Rp500 juta per mahasiswa.
Meski tidak menyebutkan secara rinci pembiayaannya, namun Marthinus mengatakan pemerintah tidak serta merta membayarkan biaya pendidikan itu dalam setahun langsung lunas, namun bertahap sehingga ada penunggakan.
“Dalam satu tahun tidak serta merta harus lunas, disesuaikan dengan anggaran makanya mereka kuliahnya juga lama. Jadi semua tergantung anggaran. Memang mereka selalu mengeluh tapi kita mau buat bagaimana kalau kita punya anggaran besar yah bisa cepat,” kata Marthinus.
Namun, ia mengaku pihaknya sudah mulai menbenahi kendala tersebut dimana tahun 2020 sudah dibayarkan, begitupun tahun 2021. Namun tahun 2022 ini belum bisa dibayar karena SDM belum punya anggaran.
Pasalnya, sejak penyerahan DPA oleh Bupati Mimika secara simbolis beberapa waktu lalu, DPA tersebut belum sampai ke pihak SDM sehingga kegiatan tidak bisa berjalan.
“Sisa 2022 memang anggarannya ada tapi DPA kan belum ada jadi kita tidak bisa kerja,” ungkapnya.
Pihaknya sebenarnya ingin agar para mahasiswa cepat untuk menyelesaikan perkuliahan, namun lagi-lagi kembali terkendala anggaran.
“Kami juga sudah komunikasi ke Proflight kalau boleh biar mereka masalah dana pasti Pemda kasih yang penting mereka sekolah sampai selesai. Kalau masalah pengambilan ijazah tunggu lunas baru mereka ambil ijazah. Jadi sebenarnya tidak ada kendala apa-apa semua berjalan seperti biasa,” ucapnya.
Ia berharap kendala-kendala tersebut bisa diselesaikan sehingga para mahasiswa bisa menyelesaikan kuliahnya.
“Dari SDM kami juga ingin cepat selesai supaya tidak menambah biaya kalau kuliahnya lama, biaya pemda membengkak dari waktu ke waktu karena harusnya 4 tahun sudah ke 5 tahun,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Papuanesia.id
Artike :Sekolah Pilot, Penerima Beasiswa Asal Mimika Keluhkan Biaya Pendidikan Belum Lunas
Sumber: [1]