JAKARTA, Papuanesia.id – Ulat sagu merupakan salah satu makanan asli Papua. Makanan ini biasa dikonsumsi warga Suku Kamoro yang tinggal di wilayah pesisir selatan Papua, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Bagi yang tidak biasa, tentu awalnya akan terlihat menjijikkan. Apalagi saat melihat bentuk ulat yang berkumpul dalam satu wadah dan masih bergerak-gerak. Tentunya ini akan membuat bulu kuduk merinding bahkan terngiang-ngiang.
Tetapi ternyata, makanan ekstrem ini kaya akan protein tinggi dan cocok disantap bagi penderita diabetes. Makanan ini rendah serat dan bisa dimakan secara langsung atau hidup-hidup maupun dengan cara digoreng atau disate.
Ulat Sagu ini biasanya berasal dari pohon sagu yang dipotong dan dibiarkan membusuk. Dalam budaya Papua, ulat sagu ini menjadi unsur penting dalam ritual perayaan Suku Asmat.
Sebuah ritual makanan disiapkan Suku Kamoro dalam pemberian nama anak laki-laki mereka. Ritual makanan ini terdiri atas campuran tepung sagu dengan siput atau kerang jenis tertentu dan ulat sagu yang dibungkus dalam kemasan daun sagu berukuran panjang.
Laporan penelitian menyebutkan larva dari kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferrugenesis) yang kerap bertelur di pucuk pohon sagu berprotein 9,34 persen atau hampir separuh dari daging merah yang mencapai 28 gram lebih protein per 100 gram konsumsi.
Editor : Donald Karouw
Sumber: [1]