Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari Senin (15/6/2020) masuk zona merah setelah sempat menguat di awal perdagangan. Pelemahan IHSG dipengaruhi data ekspor-impor Mei 2020yang kurang menggembirakan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 3,96 triliun, dengan investor asing jual bersih (net sell) sebesar Rp 355,56 miliar di semua pasar. Sementara volume transaksi tercatat 4,34 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 409.714 kali transaksi.
Saham-saham yang turun di antaranya saham PT Menteng Heritage Realty Tbk (HRME) (-6,40%), PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) (-6,21%), PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) (-3,64%), sedangkan PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) (-3,61%) dan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) (-2,91%).
Penurunan IHSG seiring dengan rilsi data hari ini yang menunjukkan bahwa nilai ekspor pada bulan Mei 2020 mencapai US$ 10,53 miliar atau turun 28,95% dari Mei 2019. Penyebabnya ekspor migas turun 42,74% dan ekspor non migas turun 27,81%.
“Perekonomian kondisinya masih buruk. Ekonomi global ada terjadi pelemahan daya beli. Sisi produksi terpengaruh akibat social distancing di negara-negara,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi persnya, Senin (15/6/2020).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi (tumbuh negatif) -19,015%. Sementara impor turun lebih dalam yaitu -24,55% sehingga neraca perdagangan diproyeksi surplus US$ 405,85 juta.
Di sisi lain, penurunan IHSG juga merespons lonjakan kasus terinfeski Covid-19, sehingga memberikan kekhawatiran tentang prospek ekonomi dunia yang suram.
Fokus utama investor tetap pada perkembangan dari pandemi virus corona itu sendiri. Situasi ini bisa mempengaruhi psikologis investor. Arus modal asing enggan masuk ke Indonesia sepanjang data dan persepsi belum membaik.
Sementara bursa di kawasan Asia juga terpantau mayoritas merah, Hang Seng Index di Bursa Hong Kong turun sebesar 0,62%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 1,48%, sedangkan STI Singapore juga terkoreksi 1,46%.
Pada perdagangan sesi II IHSG masih berpotensi untuk masuk zona merah kendati terbatas karena indikator BB yang semakin menyempit.
Simak analisis teknikal di bawah ini.
Foto: Revinitif
Analisis Teknikal
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot, dengan garis BB yang semakin menyempit setelah menembus level support di perdagangan sebelumnya, maka pergerakan cenderung untuk stabil atau sideways.
Untuk kembali ke zona hijau, IHSG perlu melewati level resistance yang berada di area 4.905 dan berlanjut hingga area 4.940. Sementara untuk melanjutkan tren bearish perlu melewati support yang berada di area 4.860 hingga area 4.840.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berpotongan di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk rebound.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 49 dan terpantau bergerak turun, artinya pergerakan selanjutnya cenderung untuk turun atau koreksi kendati terbatas.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang mulai menyempit serta berada di area pivot, maka pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan untuk stabil atau sideways.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)