Papuanesia.id –
DEKAI — Warga Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo mempertanyakan kuota pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberikan Pertamina kepada Pengelolah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di sana, sebab pelayanan BBM subsididi di daerah tersebut hanya dibuka 3 hari dalam satu bulan. Sehingga antrean panjang kendaraan roda dua, empat maupun ratusan jerigen berukuran 35 liter dari pedagang pengecer.
Tingkat kesulitan mendapatkan BBM di Kabupaten Yahukimo membuat warga mengeluhkan masalah ini, sebab bukan baru terjadi pada saat ini, tetapi sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir, namun kalau untuk kelangkaan memang sudah berlangsung selama 5 tahun.
“Kondisi antrean BBM subsidi di Yahukimo sudah 2 tahun terakhir ini, tapi kalau kelangkaan sudah terjadi hampir 5 tahun,”ungkap salah satu warga yang tak mau menyebutkan identitasnya, Kamis (24/2), kemarin.
Menurutnya, sebenarnya banyak faktor yang menyebakan kondisi seperti ini berlangsung lama, misalnya pasokan kuota BBM terbatas, belum lagi kapal angkutan BBM subsidi tidak bisa masuk di Pelabuhan Lokpon Yahukimo karena debit air kali surut.
“Yang menonjol memang sekitar 2 tahun terakhir ini, di mana setiap kali masuk BBM subsidi langsung terjadi antrean panjang. Pelayanan BBM subsidi di Yahukimo tidak terjadi tiap hari, dalam sebulan dibuka di 3 hari,”bebernya.
Warga yang juga ikut antrean di salah satu SPBU di Dekai, Kabupaten Yahukimo menyatakan, kapal yang membawa BBM subsi hanya satu kali masuk dalam satu bulan, itupun tergantung debit air kali, sehingga begitu masuk BBM subsidi, pertamina langsung buka pelayanan dengan jangka waktu paling lama 3 hari oprasional, selanjutnya pertamina tutup kembali karena kuota BBM subsidi habis.
Ia mengaku, apabila dihitung-hitung lebih banyak yang datang antre menggunakan jerigen, dibandingkan kendaraan karena setiap kali antre sampai ratusan jerigen yang bersusun menuggu antrean. Harga BBM jenis pertalite yang dijual di SPBU sebesar Rp 8.000 perliter.
“Masyarakat di Yahukimo lebih banyak beli BBM industri yang dijual pedagang eceran dengan harga bervariasi, terendah Rp 25 ribu per liter, kadang Rp 50 ribu, kalau langkah sekali Rp 100 ribu per liter,”tuturnya.
Warga berharap kepada pemerintah agar memperhatikan ketentuan harga BBM industri dan juga ada upaya penambahan kuota BBM subsidi sehingga pelayanan BBM subsidi tidak hanya 3 kali saja dalam satu bulan, namun harus dibuka tiap hari seperti layaknya di daerah lain. (jo/tho)
Continue Reading
Sumber: [1]